Isu lingkungan dan perubahan iklim kini menjadi perhatian negara-negara di dunia. Kaum milenial alias anak muda diminta ikut berkontribusi memberi perhatian pada isu ini.
Organisasi Greenpeace menilai, masa depan dunia khususnya Indonesia kini ada di tangan gen Z. Oleh sebab itu, isu perubahan iklim menjadi satu hal yang penting untuk diperhatikan.
"Dan kemudian bersama-sama dengan kami untuk mencoba mencari solusi bersama-sama karena waktu kita sudah tidak banyak lagi mengatasi krisis iklim ini," Kata Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak dalam keterangan pers Youth Festival di Jakarta, Sabtu (29/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Organisasi Greenpeace mengadakan gelaran Youth Festival bertema Membangun Ulang Indonesia. Acara ini digelar dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda.
Mengingat pentingnya pembahasan mengenai krisis iklim, Leonardo berharap ke depan semakin banyak diskusi mengenai hal ini bersama kaum milenial dan Gen Z. Tidak hanya mengandalkan organisasi lingkungan saja, ia juga ingin gen Z ini memiliki pikiran yang terbuka mengenai krisis iklim.
"Kita mulai conversation atau dialog dengan generasi Z, untuk melihat Indonesia secara lebih kritis tapi juga melihat bahwa Indonesia masih punya harapan," imbuhnya.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas mengatakan, kegiatan Youth Festival ini bertujuan memberi edukasi dan wawasan lingkungan bagi generasi muda.
"Kami mengajak kaum muda mengambil peran untuk Indonesia ke depan yang lebih baik, berkeadilan dan berkelanjutan. Tentunya dengan membangun ulang Indonesia dari segi keberlanjutan lingkungan," kata Arie.
Ia menilai, pada praktik di lapangan, ada kejadian yang malah kontraproduktif dengan program keberlanjutan lingkungan. Sehingga hal itu membawa dampak buruk bagi lingkungan.
"Akhirnya terjadi pelemahan standar perlindungan lingkungan yang mengancam eksistensi komunitas masyarakat adat, warga lokal sekitar perkebunan. Sekaligus membawa Indonesia mengalami dampak buruk krisis iklim yang lebih luas," ujarnya.
Ia berharap dengan diadakannya festival ini, anak muda di Indonesia dapat membalikkan keadaan. Salah satunya dengan melakukan aksi dan solusi nyata untuk membangun ulang mimpi Indonesia sebagai negara yang mencintai alam.
"Serta mewujudkan masa depan Indonesia keluar dari ancaman krisis iklim. Itu diperlukan peranan generasi muda" ucapnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Lingkungan Hidup BEM UI Kevin Wisnumurthi mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai cara mengajak pemuda peduli terhadap lingkungan. Salah satunya melalui media sosial.
"Kita di BEM UI selalu menggunakan media sosial untuk menginformasikan persoalan lingkungan. Dari permasalahan tersebut kita mengajak teman-teman muda yang lain melawan krisis iklim," kata Kevin.
Menurutnya, saat ini dampak krisis iklim sudah mulai dirasakan, seperti cuaca ekstrem hingga bencana hidrometerologi. Karenanya, dia berharap pemerintah memiliki kebijakan yang pro terhadap keberlanjutan lingkungan.
"Tantangan berat adalah bagaimana kita mendorong pemerintah membuat kebijakan pro iklim. Tidak hanya jangka pendek namun juga kebijakan yang mementingkan keberlangsungan hidup seluruh masyarakat," ujarnya.
Kevin menambahkan berdasarkan hasil Lembaga Indikator Politik Indonesia bersama Yayasan Cerah Indonesia, kepada anak muda berusia 17 sampai 35 tahun mengenai perubahan iklim, 6 dari 10 anak muda memahami perubahan iklim terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia, karenanya diperlukan tindakan untuk menanggulangi permasalahan ini.
Selain itu, sebanyak 82 persen anak muda pernah mendengar tentang perubahan iklim. Sedangkan kelompok umur 17 tahun sampai 26 tahun lebih tinggi kesadarannya terhadap perubahan iklim dibandingkan kelompok usia 27 tahun sampai 35 tahun.
(acd/zlf)