Termasuk RI, 10 Negara Asia Terkaya Punya Total Aset Rp 232 Kuadriliun

Termasuk RI, 10 Negara Asia Terkaya Punya Total Aset Rp 232 Kuadriliun

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 04 Nov 2022 16:44 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Riset Credit Suisse menyatakan 10 besar negara terkaya di Asia telah menyumbangkan investasi ke seluruh dunia. Setidaknya ada sekitar US$ 15 triliun aset investasi internasional yang diakumulasikan oleh 10 besar negara di Asia.

Bila dirupiahkan dengan kurs terkini, jumlah US$ 15 triliun nilainya sekitar Rp 232 kuadriliun (kurs Rp 15.500). Adapun Indonesia sendiri masuk ke dalam 10 negara dengan ekonomi terbesar di Asia.

Indonesia masuk ke dalam daftar yang terdiri dari China, India, Jepang, Filipina, Vietnam, Thailand, Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan yang aktivitas ekonominya berhasil menyumbangkan 50% dari PDB global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebetulnya banyak konsumsi di Amerika Serikat, Australia, dan sebagian Eropa Barat sebenarnya dibiayai oleh tabungan orang Asia. Ini terakumulasi menjadi US$ 15 triliun aset internasionalnya bersih," ungkap Co-Head of Asia Pacific Strategy and India Equity Strategist, Securities Research Credit Suisse Neelkanth Mishra dalam sebuah webinar, Jumat (4/11/2022).

Neelkanth mengatakan hal itu bisa terjadi karena besarnya tabungan masyarakat di Asia, khususnya tabungan di aset-aset keuangan.

ADVERTISEMENT

Saat ini pun mulai terjadi transisi investasi masyarakat di negara-negara berkembang di Asia untuk menuju aset-aset keuangan. Dari awalnya kebanyakan kekayaan berbentuk aset fisik.

"Dengan transisi ke aset-aset keuangan, berarti tabungan yang dapat diekspor akan terus meningkat," kata Neelkanth.

Kurangnya Tabungan Pensiun

Credit Suisse juga menyoroti kurangnya aset pensiun di sebagian besar negara Asia, termasuk di Indonesia. Menurutnya, kebanyakan pendapatan di masa bekerja para penduduk tua di Asia habis untuk memenuhi hidup.

Belum lagi stigma orang tua bertopang hidup pada anaknya di usia tua juga masih besar. Hal ini juga yang membuat tabungan pensiun sangat sedikit.

"Ada beberapa transfer beban antargenerasi, misalnya saya dibiayai oleh orang tua saya kemudian saya mendanai anak-anak saya saat bekerja. Nah saya harap mereka mendanai saya juga di hari tua saya," papar Neelkanth.

Meski begitu, tabungan pensiun mulai meningkat di beberapa negara Asia. "Kekhawatiran tentang masa depan mendorong masyarakat mulai menabung untuk hari tuanya," sebutnya.




(hal/zlf)

Hide Ads