Anggaran Belanja Negara Masih Sisa Rp 1.200 T, Ngabisinnya Gimana?

Anggaran Belanja Negara Masih Sisa Rp 1.200 T, Ngabisinnya Gimana?

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 05 Nov 2022 12:30 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Ilustrasi Tumpukan Uang/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Anggaran belanja negara pada akhir 2022 masih tersisa Rp 1.200 triliun. Hal ini disampaikan langsung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Bincang APBN.

Dari pagu belanja negara sesuai dengan Perpres 98/2022 sebesar Rp 3.106,4 triliun, realisasinya baru mencapai Rp 1.913,9 triliun atau 61,6% hingga 30 September 2022.

Meski 2022 tersisa dua bulan lagi, Kementerian Keuangan optimistis bisa menghabiskan dana yang tersisa. Pasalnya, belanja negara selalu mengalami tren kenaikan di kuartal keempat atau di tiga bulan terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sisa tiga bulan kita masih ada Rp 1.200 triliun itu benar. Sebagai gambaran itu data historis kita menunjukkan transaksi kita di kuartal IV di tiga bulan terakhir trennya selalu Rp 900-970 triliun," ujar Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan Made Arya Wijaya di Bogor, ditulis Sabtu (5/11/2022).

Berdasarkan data yang dimilikinya, hal ini terjadi dalam lima tahun terakhir. Oleh karena itu dirinya optimistis anggaran belanja negara yang tersisa bakal terserap.

ADVERTISEMENT

"Kenapa yang Rp 1.200 triliun itu kita optimis, karena selisihnya itu adalah alokasi bayar subsidi dan kompensasi. Kita optimis terserap sampai Desember," ujarnya.

Selain itu, pola belanja negara yang dilakukan secara kontraktual umumnya jatuh tempo di bulan Desember, sehingga transaksi di bulan November dan Desember akan meningkat.

"Karena pola belanja kita nggak tahu apakah ini tradisi, belanja barang dan modal yang dilaksanakan secara kontraktual itu biasanya jatuh tempo di bulan Desember. Pembayaran terminnya akan di Desember, sehingga transaksi naik di kuartal empat, khususnya di November dan Desember," pungkasnya.

(ara/ara)

Hide Ads