Ekonomi RI Tumbuh 5,72%, Masihkah Ada Ancaman Resesi?

ADVERTISEMENT

Ekonomi RI Tumbuh 5,72%, Masihkah Ada Ancaman Resesi?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 07 Nov 2022 21:00 WIB
BPS telah resmi mengumumkan data pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 3,51% secara year on year (yoy).
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2022 tercatat 5,72%. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka ini konsisten sejak kuartal I-IV pada 2021.

Data BPS mengungkapkan, pada kuartal IV 2021 tercatat 5,02%. Lalu kuartal I-2022 tumbuh 5,02%, kuartal II-2022 5,45%, dan kuartal III-2022 tumbuh 5,72%.

Ekonom dan Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED), Ryan Kiryanto mengungkapkan angka pertumbuhan ini di luar ekspektasi dan konsensus para ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 5% sebagai skenario optimis.

"Ternyata realisasinya melampaui ekspektasi dan konsensus, di mana PDB kuartal III 2022 tumbuh 5,72% yoy sesuai rilis BPS hari ini. Terdapat beberapa catatan penting untuk dicermati terkait hal tersebut," kata dia saat dihubungi, Senin (7/11/2022).

Dia menjelaskan penyebabnya adalah masih kuatnya konsumsi rumah tangga domestik yang tumbuh sekitar 5,39%, sebagai penopang utama pertumbuhan PDB.

"Yang menarik kontribusi konsumsi rumah tangga, meskipun tetap dominan, namun merosot dari biasanya berkisar 55%-57%, sekarang hanya 50,38%," jelas dia.

Ryan menambahkan, penurunan kontribusi konsumsi rumah tangga secara persentase tersebut lantaran meningkatnya kontribusi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) investasi langsung yang cukup signifikan.

Selanjutnya pertumbuhan impor secara persentase melampaui pertumbuhan ekspor ke depannya harus di waspadai di tengah menguatnya dolar AS, meskipun secara netto dari ekspor dan impor mampu mencatatkan surplus secara berkesinambungan.

Secara spasial atau kewilayahan, pertumbuhan pertumbuhan PDRB Sumatera yang di bawah PDB nasional juga patut dicermati lantaran kontribusi sektor perkebunan dan pertambangan di kawasan itu masih tetap dominan.

Apakah ada ancaman resesi? Berlanjut ke halaman berikutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT