Ekonomi digital di Indonesia punya peluang untuk terus berkembang. Namun, hal itu bukan tanpa tantangan, salah satunya terkait pemenuhan talent digital.
Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) Muhammad Fajrin Rasyid menjelaskan, berdasarkan studi Temasek dan Google, ekonomi digital Indonesia akan tumbuh dari sekitar Rp 600 triliun menjadi Rp 4.500 triliun dalam 10 tahun, dari 2020 ke 2030.
"Peningkatan 7 atau 8 kali lipat yang ini tentu saja potensi luar biasa. Asalkan kita dapat memanfaatkan potensi ini," katanya di Kementerian BUMN Jakarta, Selasa (8/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, ada beberapa tantangan yang dihadapi dan perlu didorong bersama. Salah satunya terkait belanja (spending) information and communication technology (ICT) per GDP yang relatif rendah. Dalam paparannya, belanja ICT Indonesia dibanding GDP hanya 1,1% di tahun 2020.
Angka itu di bawah Singapura 6,7%, Amerika Serikat 5,6%, Malaysia 3,0%, Korea Selatan 2,8%, India 1,9%, Thailand 1,8%, dan China 1,5%.
"Dari ICT spending per GDP barangkali secara relatif persentase dibanding negara lain itu masih di bawah," katanya.
Tantangan lain, kata dia, terkait infrastruktur dan talent digital. Terkait talent digital, Fajrin mengatakan, dari banyak startup atau perusahaan rintisan yang ia temui menyatakan jika talent ini merupakan tantangan paling utama.
Oleh karena itu, perusahaan startup ini kemudian merekrut dari negara lain.
"Nyari orang, nyari programmer susah, beberapa bahkan akibatnya harus hire dari India, dari Vietnam, dari Australia dan beberapa negara lain untuk memenuhi kebutuhan ini," ujarnya.
(acd/das)