Inggris di Tepi Jurang Resesi!

Inggris di Tepi Jurang Resesi!

Ilyas Fadilah - detikFinance
Jumat, 11 Nov 2022 20:45 WIB
The union flag flies over the Houses of Parliament in Westminster, in central London, Britain June 24, 2016.     REUTERS/Phil Noble
Inggris di Tepi Jurang Resesi!/Foto: REUTERS/Phil Noble
Jakarta -

Ekonomi Inggris mengalami kontraksi 0,2% pada kuartal III-2022. Kondisi ini dipercaya jadi pertanda awal Inggris akan resesi panjang.

Prediksi awal menunjukkan bahwa ekonomi berkinerja lebih baik dari yang diharapkan pada kuartal ketiga, meskipun terjadi penurunan. Menurut penyedia data infrastruktur keuangan, Refinitiv, ekonomi Inggris akan kontraksi 0,5%.

Meskipun, kontraksi sebenarnya belum mewakili resesi teknis, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam hal output, ada perlambatan pada kuartal untuk industri jasa, produksi dan konstruksi, sektor jasa melambat menjadi output datar pada kuartal tersebut didorong oleh penurunan layanan yang dihadapi konsumen," tulis laporan Office for National Statistics (ONS) dikutip dari CNBC, Jumat (11/11/2022).

Sementara itu, sektor produksi turun 1,5% pada triwulan III-2022. Ini termasuk penurunan di semua 13 subsektor manufaktur.

ADVERTISEMENT

Bank of England pekan lalu memperkirakan resesi terpanjang akan dialami Inggris. Bahkan ada proyeksi penurunan pada kuartal III kemungkinan berlangsung hingga 2024, menambah jumlah pengangguran hingga 6,5%.

Negara ini menghadapi krisis biaya hidup yang bersejarah, didorong oleh tekanan pada pendapatan riil dari lonjakan harga energi dan barang-barang. Bank sentral baru-baru ini memberlakukan kenaikan suku bunga terbesar sejak 1989 karena para pembuat kebijakan berusaha menjinakkan inflasi dua digit.

ONS mengatakan tingkat PDB triwulanan pada kuartal ketiga adalah 0,4% di bawah tingkat pra-Covid pada kuartal terakhir 2019. Sementara itu, angka untuk September, di mana PDB Inggris turun 0,6%, dipengaruhi oleh hari libur terkait pemakaman kenegaraan Ratu Elizabeth II.

Apa rencana pemerintah Inggris? Berlanjut ke halaman berikutnya.

Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt pekan depan akan mengumumkan agenda kebijakan fiskal baru, yang diharapkan mencakup kenaikan pajak dan pemotongan pengeluaran yang substansial. Perdana Menteri Rishi Sunak telah memperingatkan bahwa "keputusan berat" perlu dibuat untuk menstabilkan ekonomi negara.

"Sementara beberapa angka inflasi utama mungkin mulai terlihat lebih baik mulai sekarang, kami memperkirakan harga akan tetap tinggi untuk beberapa waktu, menambahkan lebih banyak tekanan pada permintaan," kata George Lagarias, kepala ekonom di Mazars.

Bank Belanda ING melihat pukulan kumulatif terhadap PDB Inggris sebesar 2% pada pertengahan 2023, yang akan sebanding dengan resesi negara itu pada 1990-an.

Ekonom dari ING James Smith memperkirakan kontraksi 0,3% dalam kegiatan ekonomi pada kuartal keempat, karena pengeluaran konsumen turun, yang akan memperkuat resesi teknis.

"Seiring berlalunya musim dingin, kami juga berharap untuk melihat lebih banyak ketegangan muncul di manufaktur dan konstruksi. Kedua sektor ini sangat menderita selama resesi tahun 1990-an dan 2008," kata Smith.

Kenaikan hipotek atau bunga KPR dan tanda-tanda penurunan harga rumah menunjukkan aktivitas pembangunan yang lemah hingga tahun depan. ING memperkirakan kenaikan suku bunga Bank of England mencapai puncaknya di sekitar 4%. Namun Smith mencatat bahwa banyak hal akan bergantung pada pengumuman fiskal minggu depan.


Hide Ads