Dalam acara B20 Investment Forum, Jumat (11/11), Director of External Affairs Sampoerna Elvira Lianita mengatakan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) fokus mendorong sektor agrikultur melalui praktik kemitraan untuk menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kami berkomitmen pada keberlanjutan dan mengajak kolaborasi yang relevan, untuk terus mendorong sektor agrikultur menjadi motor pertumbuhan ekonomi," kata Elvira dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu (13/11/2022).
Sebagai bagian dari rangkaian acara B20 Indonesia 2022, diskusi panel dengan tema 'Pertanian sebagai Motor Pertumbuhan: Memastikan Keberlanjutan' tersebut juga turut menghadirkan CFO PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Jap Hartono dan Lead, Sustainable Investment & Inclusion Grow Asia Erin Sweeney serta dimoderatori oleh Prasetyo Singgih dari KADIN Indonesia.
Elvira menambahkan HMSP telah bermitra dengan 22 ribu petani tembakau dan cengkih melalui perusahaan pemasok. Dari mata rantai bisnis yang dimiliki perusahaan, pengembangan ekonomi dilakukan mulai dari petani, pekerja, hingga pemberdayaan UMKM.
"Kami memberdayakan 200 ribu UMKM toko kelontong yang tergabung dalam Sampoerna Retail Community (SRC) dan 64 ribu wirausaha di bawah binaan Sampoerna Entrepreneurship Training center di Pasuruan," papar Elvira.
Ia menambahkan Sampoerna merupakan perusahaan tembakau pembayar pajak terbesar, yakni senilai Rp 78,7 triliun sepanjang tahun 2021. Sementara dari sisi ekspor, pada 2021 HMSP telah melakukan ekspor ke 40 destinasi di dunia senilai US$ 122 juta.
Menurut Elvira, penciptaan nilai bagi seluruh rantai pasok maupun masyarakat luas sangat penting. Dia menegaskan, petani memiliki peran vital dalam menjaga kelangsungan bisnis hingga rantai pasok perusahaan. Dengan program kemitraan sejak 2009, para petani mitra Sampoerna menerima pembinaan secara terpadu dan menyeluruh. Pembinaan tersebut berlangsung mulai dari pembibitan, penanaman, hingga panen.
Ia menjabarkan program kemitraan menjamin penyerapan produksi sesuai dengan kesepakatan bersama antara petani tembakau dan pemasok. Dengan demikian, program tersebut telah menghindarkan petani dari rantai perdagangan tembakau dan tengkulak yang panjang sehingga berpotensi untuk mengurangi keuntungan petani secara signifikan
"Jadi kami memberikan pendampingan teknis, transfer teknologi, hingga akses terhadap prasarana produksi pertanian, sehingga bisa tercapai kualitas dan kuantitas yang diharapkan," sebut Elvira.
Hal ini penting dilakukan mengingat tembakau merupakan salah satu tanaman yang sensitif pada perubahan lingkungan. Apalagi kini perubahan iklim memberikan ancaman lebih besar pada risiko gagal panen, ataupun kualitas tembakau yang kurang maksimal.
Klik halaman selanjutnya >>
Elvira mengungkapkan perubahan iklim merupakan tantangan besar yang bisa dimitigasi melalui penggunaan air yang efisien, penggunaan pestisida secara bijaksana, dan pengelolaan sampah.
"Bagi Sampoerna, keberlanjutan berarti memastikan komoditas secara berkelanjutan serta aspek lingkungan dan sosial ekonomi untuk seluruh rantai nilai, termasuk petani," sebut Elvira.
Dalam kesempatan yang sama, Lead, Sustainable Investment & Inclusion Grow Asia Erin Sweeney mengatakan meski memiliki potensi besar, sektor agrikultur memiliki sejumlah tantangan. Akibatnya, kontribusi pada perekonomian dan pemberdayaan masyarakat pun serigkali kurang maksimal.
"Adaptasi terhadap perubahan iklim adalah kesempatan investasi, tapi di Asia Tenggara adopsinya di sektor pertanian masih tertinggal," ungkap Erin.
Bahkan menurutnya, solusi dengan teknologi sederhana pun sulit dilakukan karena masalah skala ekonomi. Akibatnya, akses ke lembaga keuangan pun masih minim.
"Masalah ekonomi seringkali menjadi bottleneck untuk inovasi di sektor agrikultur berskala besar di Asia. Mereka terlambat mendapatkan modal masuk untuk agrikultur dan memiliki ancaman ketahanan pangan," jelas Erin.
Meski demikian, pemerintah bersama berbagai stakeholder tetap bisa menjadikan sektor agrikultur menjadi pendorong dengan empat syarat. Pertama, meningkatkan literasi finansial. Kedua, meningkatkan infrastruktur keuangan. Ketiga, meningkatkan inklusi pada rantai pasok. Terakhir meningkatkan prosedur penilaian risiko. (ncm/ega)