PT Hutama Karya (Persero) melaporkan kondisi keuangannya yang terus merugi dari 2020-2021, dan 2022 diprediksi rugi juga. Kok Bisa?
Hutama Karya membukukan kerugian sekitar Rp 2 triliun pada 2020 silam, kemudian meningkat jadi Rp 2,4 triliun di 2021. Budi memperkirakan, kerugian masih akan terjadi di tahun ini hingga Rp 992 miliar.
"Kami mengalami kerugian di tahun 2020 hingga 2021 dan juga 2022 ini, karena kami memperhitungkan biaya bunga atas pinjaman yang untuk investasi di jalan tol ini dan juga adanya depresiasi berapa ruas yang sudah beroperasi," jelasnya, dikutip melalui kanal Youtube Komisi VI DPR RI, Rabu (16/11/2022).
Menurutnya, angka kerugian tersebut akan membaik apabila transaksi penjualan jalan tol dengan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) Indonesia Investment Authority (INA). Ada 3 ruas Tol Trans Sumatera dengan panjang keseluruhan 350 km yang akan dijual.
"Angka ini akan membaik kalau kami jadi bisa bertransaksi dengan INA untuk penjualan 350 km di 3 ruas, yaitu Medan-Binjai, Bakauheni-Terbanggi Besar, dan Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung," kata Budi.
Dengan demikian, lanjut Budi, apabila transaksi ini berhasil, maka akan menurunkan angka pinjaman sehingga kinerja keuangan Hutama Karya akan membaik.
Sebelumnya, menurut catatan detikcom pada 29 September kemarin, Budi menyatakan telah meneken Head of Agreement (HoA) dengan INA untuk melepas tiga ruas tersebut. Dari pelepasan tol ini, ia mengincar dana segar Rp 34 triliun.
"Hutama Karya telah menandatangani HoA dengan INA itu untuk asset recycle tiga ruas jalan tol. Semuanya sepanjang 350 km dengan perkiraan deal Rp 34 triliun," katanya di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2022).
Budi mengatakan pendapatan dari aset tersebut akan digunakan untuk menurunkan utang Hutama Karya dari pembangunan tol sebelumnya.
Lihat juga Video: Wujud Nyata Pembangunan Masa Depan, Jalan Tol Trans Sumatera