Jakarta -
Berbicara soal hotel berbintang, mungkin hal yang langsung terlintas di pikiran adalah arsitektur yang megah dan furnitur-furnitur mewah. Apalagi hotel kelas dunia yang pastinya menggunakan produk-produk dengan kualitas terbaik.
Tapi, bagaimana kalau ternyata banyak dari furnitur-furnitur yang digunakan hotel berbintang kelas dunia merupakan hasil karya UMKM Indonesia? Ialah Saniharto, UMKM pengrajin kayu asal Demak yang menjadi partner terpercaya dari banyak hotel bintang lima plus baik di Indonesia maupun dunia.
Saniharto didirikan oleh empat bersaudara Enggalhardjo, yaitu Santoso, Yani, Harsono dan Winarto. Nama Saniharto sendiri diambil dari penggalan nama empat bersaudara itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saniharto memulai kiprahnya di tahun 1990. Niatnya pun sederhana, yaitu keinginan untuk membangun sebuah usaha yang dikelola bersama-sama sebagai saudara.
"Jadi pada tahun 1990 ayah saya meninggal. Kita ada peninggalan 4 kg emas. Lebih dari itu, kita sepakat empat bersaudara untuk melakukan usaha bersama-sama, karena sebelumnya kita empat bersaudara ini tidak melakukan usaha bersama-sama. Jadi kita putuskan untuk usaha bersama-sama, kebetulan ada untuk membuat vinyl. Awalnya demikian," ujar Harsono Enggalhardjo kepada detikcom, Kamis (17/11/2022).
Perjalanan Saniharto tidak serta merta mulus begitu saja. Keempat bersaudara itu dihadapkan dengan banyak tantangan, terutama terkait masalah dana.
"Waktu kita sudah membeli tanah, membuat bangunan, terjadilah take money. Kita nggak bisa nebus mesin yang kita beli. Tapi akhirnya kita dapat pinjaman dari bank, dan kita terus terang banyak utang dari luar juga," ungkap Harsono.
Titik terang akhirnya muncul pada tahun 1996. Waktu itu, Saniharto dipercaya oleh Hotel Mulia Senayan untuk mengerjakan sebuah proyek berskala besar.
"Yang bisa membuat melejit dan membuat furniture ialah pada tahun 1996. Waktu itu kita mendapat kepercayaan dari Hotel Mulia Senayan. Kita discuss untuk membuat pintu, karena pintu kita sudah biasa, dengan finishing," ucapnya.
Namun lebih dari itu, pihak Hotel Mulia juga mempercayakan Saniharto membuat furnitur untuk kamar-kamar di hotelnya. Ini adalah kali pertama bagi Saniharto membuat furnitur. Proyek ini pula yang menjadi cikal bakal Saniharto yang awalnya hanya memproduksi vinyl dan pintu, menjadi salah satu produsen furnitur high end terbaik di dunia.
"Waktu kita mendapat order dari Hotel Mulia, pabrik kita masih kecil dan kita belum pernah membuat satu piece furniture pun. Waktu itu saya suruh teman saya untuk membuat, tapi begitu saya dapat ordernya, itu Hotel Mulia kira-kira 650 room Saniharto yang ngerjain dari 1996 sampai akhir 1997. Itu yang cikal bakal kita merubah jadi furnitur-furnitur untuk hotel bintang lima plus plus di Jakarta, Indonesia maupun dunia," jelasnya.
Beranjak dari sana, Saniharto mulai fokus di pembuatan furnitur untuk hotel-hotel bintang lima plus. Seiring dengan berjalannya waktu, produk-produk Saniharto mulai dikenal dan dipercaya oleh hotel-hotel kelas dunia.
"Kita terus terang di dunia sekarang, menurut klien saya, Saniharto is the best in the world. Jadi apapun kita udah the best," imbuh Harsono.
"Waktu COVID saja, kita mengerjakan Hotel Four Season di dunia. Tahun 2020 kita ngerjain Hualalai di Hawaii. Terus Halekulani di Iowa. Terus 2021 kita ngerjain Four Seasons di Beverly Hills Amerika. Juga dapat Four Seasons di Wilshire," sambungnya.
Selain Four Seasons, Harsono mengungkapkan Saniharto kini juga sudah menjadi partner terpercaya dari franchise Wynn Hotel untuk urusan pembuatan furnitur.
"Yang paling gede dan terus kita dipercaya ialah Wynn Hotel Las Vegas. Kita mulai itu kira-kira sudah 15 tahun yang lalu, dan setelah itu kita terus bersama-sama Wynn terus. Kita pindah ke Wynn Macau, terus Wynn Palace Cotai. Itu setahu saya hotel terbaik di dunia pada waktu itu. Itu lobi-lobi dan furnitur-furnitur yang (kamar) suitenya dari Saniharto," terang Harsono.
"Masih terus, kita ada Wynn Everett di Boston, terus ada di Wynn Atlanta, terus kita kembali lagi di Wynn Las Vegas kita membuat 4.000 piece nightstand dan 1.500 dresser untuk renovasi di Wynn Las Vegas," tambahnya.
Sepak terjang Saniharto tidak hanya di industri perhotelan dunia. Di Indonesia sendiri, Saniharto juga menjadi partner andalan untuk proyek-proyek mewah berskala besar.
"Di Indonesia projek yang terbesar ialah Pakubuwono Residence. Kita ngerjain semua pintu, ada 10.000 pintu. Itu tahun 2004-2005. Terus 3.300-an wardrobe, terus semua panel-panel dan sebagainya kita kerjain semua,
Belakangan, Saniharto juga melebarkan sayapnya dengan memproduksi grand piano mewah berukuran besar. Salah satunya adalah piano yang mejeng di lobi Hotel Avrupa Kempinski Bali, tempat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
"Itu ada satu piano yang besar dan mahal di lobi Hotel Avrupa Kempinski. Itu merupakan kebanggaan (kita)," katanya.
Tak hanya itu, Saniharto juga memproduksi grand piano yang sudah dibawa berkeliling Indonesia dalam rangka mempromosikan situs-situs peninggalan budaya melalui acara pagelaran musik.
"Udah main beberapa kali konser. Pernah dimainkan Ananda Sukarlan, pianis terbaik di Indonesia dan salah satu terbaik di dunia. Itu yang mainin piano saya, pernah pertama kali piano itu dibawa sama dia untuk konser di Prambanan," ungkap Harsono.
"Habis itu kita ke Trowulan, kita kerja sama dengan Kemdikbud untuk memperkenalkan situs-situs yang belum terkenal di Indonesia untuk dunia. Terus habis itu kita ke Manokwari, itu kerja sama dengan Kemdikbud juga dan Parekraf. Habis dari Manokwari, balik lagi ke Semarang pianonya, berangkat lagi ke Candi Muaro Jambi. Habis mutar-mutar, terus balik, langsung main di Bromo. Waktu itu yang main grupnya Aksan Sjuman, drummernya Dewa," jelasnya.
Dalam perjalanannya, Harsono tidak memungkiri kalau Saniharto mendapat bantuan dari berbagai pihak. Salah satunya dari PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang membantu terutama di segi finansial.
"Kita dulunya di bank lain, tapi kita waktu itu juga terima bantuan dari BRI. Jadi terus terang memang tidak 100% BRO, tapi memang betul kalau BRI membesarkan kami," ujarnya.
Lewat program binaan dari BRI, Harsono mengaku mendapat banyak manfaat untuk mengembangkan usahanya, mulai dari pendanaan, pelatihan hingga koneksi atau business matching. Bahkan setelah menjadi alumni, Saniharto terus mendapat dukungan dari BRI.
"Waktu itu piano kita mau ke Manokwari, BRI men-support kami. Manokwari kan biayanya mahal banget, tidak bisa pesawat komersial. Kebetulan waktu itu kita naik pesawat yang tidak komersial. Intinya mahal sekali ke Manokwari," pungkasnya.