Musyawarah Nasional (Munas) Himpunan Pengusaha Indonesia (HIPMI) XVII di Solo, Jawa Tengah, diwarnai kericuhan, hingga berujung pada aksi adu jotos oleh sejumlah peserta Munas. Kejadian ini tertangkap kamera, hingga videonya tersebar di media sosial.
Munas HIPMI XVII berlangsung selama 3 hari, yakni 21 s.d 23 November 2022, digelar sebagai salah satu rangkaian pemilihan Ketua Umum Hipmi 2022-2025. Kericuhan yang terjadi ini diduga karena adanya kesalahpahaman antar peserta.
Di sisi lain, ternyata bukan kali ini saja Munas HIPMI berujung pada kericuhan. Menurut catatan detikcom, kondisi serupa juga pernah terjadi pada 2015 silam, tepatnya pada Munas XV di The Trans Luxury Hotel, Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Momentum tersebut bertepatan dengan terpilihnya Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Umum HIPMI, yang saat ini merupakan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Dalam Sidang Pleno III, salah satu rangkaian Munas, terjadi banjir interupsi saat membahas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Diduga karena salah satu pihak tak diberi kesempatan berbicara, kericuhan mulai terjadi. Sahut-sahutan teriakan mewarnai sidang tersebut.
Tidak berhenti sampai di situ, situasi bertambah panas dengan adanya oknum yang mencoba melempar kursi ke arah podium. Sempat ada pula peserta yang nekat naik ke atas podium dan berbicara lantang ke jajaran pimpinan sidang.
Petugas keamanan pun dikerahkan dalam menindak sumber-sumber kericuhan tersebut. Kondisi ini pun berujung buntu atau deadlock, hingga penundaan atau skorsing Munas.
Seorang anggota HIPMI yang tak mau disebutkan namanya mengungkapkan, Munas Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HIPMI yang berlangsung memang beberapa kali diwarnai aksi ricuh namun tak sampai menemui jalan buntu. Ia beralasan ricuh dalam Munas HIPMI hanya sebagai dinamika organisasi.
"Selain di DPP, waktu HIPMI Jaya 2007 juga sempat deadlock," kata anggota HIPMI tersebut, dikutip dari catatan detikcom, Rabu (14/01/2015).
Ia pun memberi permisalan, saat pemilihan Ketua Umum HIPMI 2008-2011, sempat terjadi penolakan dari pengurus daerah, namun Munas tetap berjalan tanpa deadlock.
Kericuhan Juga Terjadi di Musyawarah Daerah
Tidak hanya Munas, kericuhan juga kerap terjadi di Musyawarah Daerah (Musda) HIPMI. Pada 2013 silam, tercatat Musda HIPMI Sulawesi Selatan XIII yang digelar di hotel Grand Clarion, Makassar, diwarnai keributan.
Seorang peserta Musda mengamuk sambil menghunus badik ke arah peserta lainnya. Peserta pun langsung diamankan oleh Wakapolda Sulselbar Brigjen Syahrul Mamma dan Kapolsek Tamalate Kompol Suaeb Majid. Tidak diketahui secara pasti apa motif pria tersebut.
Kejadian serupa juga terjadi di Musda HIPMI DI Yogyakarta pada 2014 silam yang digelar di Hotel Novotel Yogyakarta. Malahan, kericuhan terjadi saat acara pembukaan baru akan dimulai.
Kericuhan terjadi karena pengurus HIPMI DIY menolak kehadiran pengurus Kabupaten Bantul. Karena kepengurusan HIPMI Kabupaten Bantul tidak diakui. Sejumlah pengurus tiba-tiba berteriak keras meminta agar pengurus HIPMI Bantul keluar dari ruangan.
Pengurus HIPMI Bantul tetap ngotot untuk ikut Musda tersebut. Aksi saling dorong dan gebrak meja pun sempat terjadi. Beruntung, aksi saling dorong bisa langsung dipisahkan hingga akhirnya kondisi berangsur-angsur mereda.
(zlf/dna)