China Tutup Pusat Transportasi Imbas Kasus Kematian karena COVID-19 Naik

China Tutup Pusat Transportasi Imbas Kasus Kematian karena COVID-19 Naik

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 22 Nov 2022 15:02 WIB
Warga Guangzhou mengamuk kena lockdown, penolakan kebijakan Nol Covid di China makin besar
Foto: BBC World
Jakarta -

China baru saja mengunci pusat transportasi utamanya di bagian Selatan. Kondisi ini sebagai respons peningkatan kasus kematian akibat Covid-19 di negara tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir, China telah mulai melonggarkan pembatasan ketat terhadap Covid-19, yang telah melumpuhkan bisnis lokal dan internasional selama berbulan-bulan. Namun, para ahli khawatir tekad Beijing untuk membuka kembali negara itu mungkin melemah karena kasus kembali meningkat.

Dilansir dari CNN Business, Selasa (22/11/2022), China pada hari Minggu juga melaporkan ada sebanyak 26.824 kasus baru di seluruh negeri. Kondisi ini pun memunculkan kekhawatiran bahwa ekonomi kota-kota di China akan kembali dihentikan, yang mana sebelumnya sudah sempat membaik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Guangzhou, salah satu kota terbesar di China dengan hampir 19 juta penduduk, memberlakukan lockdown selama lima hari di distrik Baiyun. Kawasan tersebut merupakan rumah bagi salah satu bandara tersibuk di negara itu.

Baiyun juga merupakan distrik terpadat di Guangzhou, menampung 3,7 juta orang. Menurut pernyataan Pemerintah Distrik Baiyun, sekolah akan ditutup, layanan transportasi umum akan ditangguhkan, dan penduduk disarankan untuk tinggal di rumah.

ADVERTISEMENT

Langkah lockdown tersebut diambil lantaran kondisi Guangzhou yang tengah berjuang dalam menahan wabah Covid-19 terburuk dalam tiga tahun terakhir. Kota tersebut melaporkan total 8.181 kasus pada hari Minggu pekan lalu, sehingga jumlah total infeksi menjadi lebih dari 80.000 sejak 22 Oktober.

Mulai dari Guangzhou di selatan hingga Zhengzhou di wilayah tengah, lonjakan kasus memaksa pemerintah daerah untuk meningkatkan penguncian dalam beberapa hari terakhir.

Tidak hanya itu, Beijing, ibu kota negara China, mencatat total ada tiga kematian akibat Covid-19 selama akhir pekan. Pemerintah Distrik Haidan, salah satu distrik di kota itu, juga menyatakan, pihaknya telah membatalkan kelas tatap muka.

Shijiazhuang, kota terbesar di provinsi utara Hebei, juga memberlakukan kembali lockdown selama lima hari mulai dari Senin pekan ini. Padahal baru saja beberapa hari berlalu sejak kota tersebut melonggarkan aturan Covid-19.

Kondisi Pasar Melemah

Di sisi lain, kondisi ini juga mendatangkan kekhawatiran bagi para investor yang takut China kembali memperketat aturan Covid-19. Bursa Asia turun pada hari Senin, di mana Indeks Hang Seng (HSI) turun sebanyak 3,4% di pagi hari. Itu ditutup turun 1,9%. Indeks Komposit Shanghai China Daratan turun 0,4%.

Harga minyak juga turun, dengan minyak mentah berjangka AS turun 0,4% pada jam perdagangan Asia pada hari Senin. Minyak mentah Brent, patokan minyak global, turun 0,6%.

"Pendorong tajam dari momentum penurunan yang cepat adalah kegelisahan yang berkembang bahwa China tidak akan melonggarkan kebijakan lockdown Covid karena infeksi meningkat lagi," kata mitra pengelola SPI Asset Management, Stephen Innes.

Sementara itu, Analis Goldman Sachs mengatakan, berita terbaru tentang manajemen Covid China telah membingungkan investor. Ia memperkirakan pertumbuhan PDB China akan meningkat dari 3% pada 2022 menjadi 4,5% pada 2023.

"Pesan utama kami adalah bahwa tahap pertama pembukaan kembali mungkin 'berantakan' dan 'bergelombang', sedangkan rebound setelah rintangan awal bisa 'sangat tajam'," katanya.



Simak Video "Video: Kepanikan Warga Rongjiang China saat Banjir Besar Melanda"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads