Pengguna Internet Makin Banyak Pasca Pandemi, Tantangan Ini Jadi Sorotan

ADVERTISEMENT

Pengguna Internet Makin Banyak Pasca Pandemi, Tantangan Ini Jadi Sorotan

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 25 Nov 2022 11:55 WIB
Ilustrasi bisnis online
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Pengguna internet di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Karena itulah, ketersediaan IP address dalam jumlah banyak dipandang sebagai salah satu hal yang sangat diperlukan RI.

Direktur Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Aju Widya Sari, saat ini ketersediaan IP address versi 4 (IPv4) sudah sangat terbatas. Untuk menanganinya, Kemenkominfo mendorong penggunaan IP address versi 6 (IPv6).

"Untuk menghadapi keterbatasan IPv4, Kemkominfo mendorong penggunaan IP address versi 6 (IPv6). Secara kalkulasi, IPv6 dapat digunakan hingga 340 triliun triliun triliun alamat", kata Aju, di The 4th Annual Member Meeting (AMM) Indonesia Network Information Centre (IDNIC) 2022, ICE BSD, dikutip Jumat (25/11/2022).

Aju mengatakan, pihaknya terus mendorong industri internet untuk menggunakan IPv6 sebagai solusi antisipatif atas ketersediaan IPv4 yang saat ini jumlahnya sudah mulai terbatas. Kemkominfo berharap IPv6 ini dapat segera diimplementasikan di Indonesia agar transformasi digital tak mengalami hambatan, kata Aju saat menjadi Keynote Speaker di perhelatan AMM Ke-4 IDNIC tahun 2022.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif mengatakan, peningkatan jumlah pengguna dan trafik internet di Indonesia turut meningkatkan vulnerability and threats di dunia maya. Oleh sebab itu, menurutnya, Indonesia membutuhkan penguatan internet resilience.

Arif menjelaskan, internet resilience adalah kemampuan untuk mengantisipasi, bertahan, pulih dari, dan beradaptasi dengan kondisi buruk, tekanan, serangan, atau kompromi pada sistem yang menggunakan sumber daya internet, seperti nama domain, nomor IP, alamat elektronik, jaringan, dan sumber daya online lainnya.

"Pada tahun 2020, tercatat ada 37 miliar data bocor dengan kerugian diprediksi akan mencapai US$ 10,5 triliun per tahun pada tahun 2025. Situasi ini menyadarkan kita akan pentingnya memperkuat internet resilience (ketahanan internet), keamanan cyber, dan perlindungan data", kata Arif.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT