Ternyata Ini Alasan Beras Organik Lebih Mahal dari Beras Biasa

Ternyata Ini Alasan Beras Organik Lebih Mahal dari Beras Biasa

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 28 Nov 2022 12:31 WIB
Budidaya Beras Organik
Foto: Budidaya Beras Organik (Shafira Cendra Arini/detikcom)
Pomalaa -

PT Vale Indonesia menyelenggarakan program pemberdayaan masyarakat di kawasan Baula, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Di sana mengembangkan pertanian organik, salah satunya dengan System of Rice Intensification (SRI) Organik yang menghasilkan beras organik.

Fasilitator dan Pendamping Program, Ridwan mengatakan, program ini sudah berjalan kurang lebih selama 1 tahun di Desa Puubunga dan Puuroda. Secara keseluruhan, luas lahannya mencapai 2,85 hektar.

Ridwan mengaku, salah satu hal yang menjadi tantangannya saat ini ialah dalam menembus pasar. Pasalnya harga beras oganik sendiri lebih mahal beberapa rinu dari beras biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harganya itu di Rp 15.000 per kg beras organik. Sementara konvensional di Rp 8.000-10.000 per kg," kata Ridwan, kepada media di Desa Puubunga, Sulawesi Tenggara, Senin (28/11/2022).

Ada beberapa alasan yang membuat harga beras organik lebih mahal dari yang biasa. Petani padi organik di Puubunga, Watno mengatakan, faktor utamanya karena bertani organik memerlukan persiapan yang lebih panjang serta tenaga yang lebih besar.

ADVERTISEMENT

"Memang untuk SRI Organik ini butuh pemeliharaan yang lebih. Ini kita pokoknya sebelum tanam itu persiapan kompos sudah cukup besar. Terus yang untuk konvensional untuk pengendalian gulmanya menggunakan pestisida semprot saja sudah selesai, ini kan kita tiap 10 hari kita gasrok," terang Watno.

"Jadi artinya, dari segi tenaga kita ini lebih aktif, lebih banyak kita gunakan," sambungnya.

Kendati demikian, Watno optimis, padi organik akan terus menunjukkan perkembangan positif dan makin dikenal masyarakat, hingga mampu meningkatkan nilai penjualannya.

"InsyaAllah optimis ya karena sejak panen pertama itu kami adakan pesta panen yang dihadiri Bapak Bupati, artinya ini sudha mulai dikenal bahwa di Puubunga ternyata sudah ada beras organik," tegasnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Sementara itu, Ridwan mengatakan, keunggulan utama dari beras ini yang membedakannya dengan beras konvensional ialah dari segi kualitas kesehatannya. Tidak hanya itu, pihaknya memprodukai pupuk organik sendiri sehingga biaya produksi pun bisa lebih murah dan stabil.

"Kebutuhan pupuk ini kita sudha sediakan pupuk sebelum ditanam. Berbeda dengan konvensional itu menyediakannya setelah ada pupuk. Sehingga ketika pupuk mahal, otomatis biaya produksi makin meningkat," terang Ridwan.

Ridwan juga mengatakan, pihaknya kini sudah tidak mempergunakan pestisida dan hanya menggunakan musuh alami hama. Para petani juga kerap memberikan pupuk cair berisi berupa mikro organisme lokal (mol) yang berperan dalam mengendalikan hama. Itu semua dibuat langsung oleh petani.

Dari segi produksi, Ridwan mengatakan, produk beras organiknya terbilang lebih hemat dengan hanya membutuhkan bibit sebanyak 5 kg untuk menanam di lahan seluas 1 hektar.

"Sementara untuk di wilayah setempat ini, untuk padi kovensionalnya menggunakan sistem tabela di pipa. Itu kebutuhannya sekitar 80-100 kg per hektar. Lebih banyak dari yang organik," ungkap Ridwan

"Kenapa harus sedikit karena penanamannya harus satu saja per titik tanamnya. Jadi lebih hemat dan lebih efisien. Anakannya bisa lebih dari konvensional," sambungnya.

Sementara dari segi perbandingan hasil panennya, padi organik bisa mencapai 7,5 ton per musim per hektar, sementara yang konvensional hanya di angka 5 ton. Ridwan menerangkan kalau masa waktu panen bergantung pada musim dan cuaca. Kadang kala, padi organik lebih cepat dari yang konvensional karena dalam proses tanamnya, lahan tidak terendam air.

"Kadang kita lebih cepat karena dari padi organik ini tidak sering di rendam, sehingga masa vegetatif akan lebih panjang. Sementara kalau kering, dengan kondisi tangan lembab akan mempercepat proses pematangan," jelasnya.

Lahan-lahan di lokasi tersebut rata-rata lahan pribadi milik warga. Dalam program ini, Vale Indonesia bekerja sama dengan tim pendampingan dari ALIKSA hanya memfasilitasi serta memberi pendampingan kepada warga. Tidak hanya padi SRI Organik, di sana juga dikembangkan lahan sayur organik.


Hide Ads