Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan angka inflasi periode November 2022.
Ekonom PermataBank Josua Pardede mengungkapkan inflasi bulan November diperkirakan berkisar 0,2% month to month (mtm) atau 5,53% year on year (yoy) dari bulan sebelumnya 5,71% yoy.
"Pendorong inflasi pada bulan November utamanya adalah inflasi inti yang diperkirakan berkisar 3,38% yoy dari bulan sebelumnya 3,31% yoy," kata dia, Kamis (1/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan peningkatan inflasi sisi permintaan sejalan dengan aktivitas ekonomi yang tetap solid serta mencerminkan dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM pada bulan September yang lalu.
Sementara itu, inflasi harga bergejolak diperkirakan akan mengalami inflasi kecil sejalan dengan kenaikan rata-rata harga komoditas pangan sepanjang bulan November antara lain beras (+0,53%mtm), daging ayam (+2,16%mtm), telur ayam (+2,03%mtm), bawang merah (+4,63%mtm).
Meskipun demikian, terdapat beberapa komoditas pangan yang berkontribusi pada deflasi kelompok harga bergejolak antara lain, bawang putih (-1,3%mtm), cabai merah (-19,9%mtm), cabai rawit (-13,9%mtm) dan minyak goreng (-0,3%mtm).
"Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah diperkirakan akan mengalami deflasi yang didorong oleh penurunan harga BBM non-subsidi," ujarnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan inflasi diprediksi akan mencapai 0,17% pada November 2022.
Hal ini karena pasokan bahan pangan yang terjaga dan kenaikan harga emas di tengah ketidakpastian pasar keuangan.
"Kami perkirakan angka inflasi tahunan akan mereda," ujar dia.
(kil/dna)