Steve menyarankan para pengusaha mal untuk mencari partner atau investor baru untuk melakukan renovasi atau perbaikan. Selain itu, ia juga menyarankan untuk memberikan insentif kepada tenant-tenant supaya masuk ke dalam mal.
"Jadi kalau modal kita cekat jangan bangun mal. Harus orang yang berani mengeluarkan modal yang banyak supaya mal-nya rame dan keren," tutupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dihubungi secara terpisah, Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim mengatakan mal-mal yang masih memiliki tingkat kunjungan yang tinggi itu sudah memperbaiki posisi dan melakukan penyegaran untuk mengikuti arah berkembangnya pasar saat ini.
Lebih lanjut, Yunus menyebutkan komposisi dari adanya tenant juga memengaruhi minat pengunjung pada suatu mal.
"Kalau dilihat, dari tenant mix strategy-nya sebenarnya yang lebih disoroti. Mal kan satu keseluruhan ya, satu bangunan dengan strategi yang dimiliki oleh landmark-nya atau para pemilik mal ini. Bagaimana komposisi dari tenant-tenant yang ada di gedung tersebut dapat menarik kunjungan," ucapnya ketika dihubungi detikcom.
Terkait biaya sewa toko di mal, ia menuturkan kalau hal tersebut kembali lagi pada strategi pemilik mal dalam mempertahankan tenant.
Salah satu saran yang diberikan Yunus untuk menarik pengunjung ke mal yaitu dengan mengikuti tren saat ini.
"Misalnya melakukan repositioning atau revitalising jadi dilihat dulu demand-nya atau target market-nya siapa yang memenuhi pasar. Misalnya anak muda atau milenial kah atau gen z kah nah, dilihat kira-kira kebutuhan dan gaya hidupnya seperti apa sehingga bisa lebih jelas dalam melakukan strategi penentuan tenant yang masuk," tutupnya
(dna/dna)