Platform kripto, Binance, telah mencatatkan US$ 1,9 miliar atau setara Rp 29,64 triliun (kurs Rp 15.600) penarikan token ethereum dalam 24 jam terakhir.
Informasi ini disampaikan oleh perusahaan data blockchain Nansen pada Selasa kemarin, dilansir dari Reuters, Kamis (14/12/2022). Kondisi ini terjadi karena Binance untuk sementara menghentikan penarikan stablecoin USDC.
Pada minggu lalu, perusahaan mengunggah cuitan di Twitter berisi laporan Proof of Reserves oleh firma audit Mazars. Laporan tersebut menunjukkan kepemilikan bitcoin melebihi simpanan pelanggan pada satu hari di bulan November.
Data Nansen menunjukkan, penarikan token ethereum senilai US$ 1,9 miliar atau setara Rp 29,64 triliun menandai arus dana keluar harian terbesar dalam periode 24 jam sejak 13 Juni. Besaran ini juga menjadi mayoritas dari keseluruhan dana yang ditarik dalam tujuh hari terakhir.
"Penarikan Binance meningkat karena meningkatnya ketidakpastian tentang laporan cadangannya," kata Juru Bicara Nansen.
Di sisi lain, CEO Binance Changpeng Zhao mengatakan, ini merupakan fenomena yang biasa terjadi. Hal ini disampaikannya melalui cuitan pada akun Twitter pribadinya.
"Kami melihat beberapa penarikan hari ini (net US$ 1.14b ish). Kami telah melihat ini sebelumnya. Beberapa hari kami memiliki penarikan bersih; beberapa hari kami memiliki setoran bersih," bunyi cuitannya.
Pernyataan ini juga didukung oleh pernyataan Juru Bicara Biance yang menyebut kalau perusahaannya selalu memiliki dana yang lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan penarikan.
"Aset pengguna di Binance semuanya didukung 1:1 dan struktur modal Binance bebas utang," kata orang tersebut.
Setelah melakukan penghentian penarikan sementara, melalui akun Twitternya Biance menyebut, kini penarikan USDC telah dilanjutkan.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya pada Selasa kemarin, Binance menghentikan penarikan USDC. "Di USDC, kami telah melihat peningkatan penarikan," cuit Zhao Binance.
Hal ini berkaitan dengan Biance yang pada bulan September lalu sempat menyebut akan secara otomatis mengonversi saldo pengguna dan setoran baru USD Coin dan dua stablecoin lainnya menjadi stablecoinnya sendiri, Binance USD.
USDC sendiri merupakan stablecoin terbesar kedua di dunia, dikeluarkan oleh perusahaan Circle yang berbasis di AS. Dante Disparte, chief strategy officer Circle dan kepala kebijakan global, sebelumnya juga sempat mengatakan, akan ada tantangan terkait likuiditas dan penebusan ketika aset ditukar dengan cara yang dilakukan Binance dengan USDC.
"Fitur mata uang digital dolar likuid seharusnya dapat ditukarkan sesuai permintaan, dan setara setiap saat, bahkan selama kondisi stres," tambah Disparte.
Simak juga 'Proyeksi CEO Asix + Soal Stabilitas Kripto Tahun Depan':