Healing atau liburan menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilupakan. Apapun bentuknya, ke mana pun tujuannya, refreshing perlu dilakukan agar keseimbangan hidup serta produktifitas tetap terjaga. Namun, banyak masyarakat menilai bahwa merencanakan liburan di tengah kondisi ekonomi gelap di tahun 2023 bukan merupakan pilihan bijak.
Nyatanya, Safir Senduk, Pakar Perencana Keuangan mengatakan bahwa liburan di masa ekonomi sulit tetap sah dilakukan. Menurutnya, menahan anggaran berwisata justru akan menahan perputaran roda ekonomi. Artinya, sektor wisata bisa menjadi sekoci bagi Indonesia untuk lepas dari jurang resesi.
Terkait liburan di masa resesi, Safir mengatakan bahwa liburan yang sudah menjadi kebutuhan sebagian orang tidak perlu ditahan. Ia mengungkapkan bahwa pengeluaran liburan bisa diakali dengan mengurangi frekuensi bepergian.
"Sebenarnya, untuk pengeluaran wajib dan butuh itu nggak usah ditahan. Tapi untuk yang ingin ya memang bisadikendalikan. Nah, untuk liburan, semua orang memang butuh. Saya juga butuh. Tapi memang kuncinya adalah dikendalikan frekuensinya. Kalau ada yang liburan sebulan sekali, diubah menjadi 4-5 bulan sekali," ungkap Safir Senduk dalam d'Mentor detikcom Kamis, 15 Desember 2022.
Safir pun mengatakan bahwa setiap perencana keuangan mungkin akan meminta seseorang mempertimbangkan kembali soal besaran serta urgensi seseorang dalam merencanakan tamasya. Namun dalam hal ini ia mengatakan bahwa sejauh pengeluaran tersebut berkaitan dengan kebutuhan, seseorang masih sah untuk melakukannya.
"Saya tidak bilang stop pengeluaran, tapi fokus pada pengeluaran wajib dan butuh dulu," tutup Safir.