Sederet Penyebab Ekonomi Global Suram dan Dampaknya ke Indonesia

Sederet Penyebab Ekonomi Global Suram dan Dampaknya ke Indonesia

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Kamis, 22 Des 2022 15:50 WIB
Suasana Gedung-gedung bertingkat di kawasan Jakarta, Sabtu (10/1/2015). Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2015 sebesar 5,6 persen.
Foto: Grandyos Zafna

Sementara itu, terjadi penurunan tren Global Purchasing Managers' Index (PMI). Pada Oktober 2022, global PMI manufaktur mencapai 49,4 point, menurun dari yang sebelumnya 49,8 point di bulan September. Menurunnya PMI mengindikasikan perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh melemahnya permintaan dunia.

"Melemahnya permintaan global menjadi tantangan bagi kinerja industri dan investasi di dalam negeri. Inflasi yang tinggi juga menjadi ancaman pada peningkatan biaya produksi," tutur Eisha.

Dalam paparannya, Eisha menyebutkan pertumbuhan investasi tidak disertai dengan laju pertumbuhan industri pengolahan yang juga tinggi. Seperti pada triwulan III 2022, pertumbuhan investasi mampu mencapai 42,1% (yoy), namun industri pengolahan (non migas) hanya tumbuh 4,88% dan masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Usaha mengarahkan investasi agar semakin banyak masuk ke sektor manufaktur menjadi tantangan besar bagi proses industrialisasi dan hilirisasi sumber daya alam strategis," ucapnya.

Eisha juga mengatakan, terdapat tantangan yang cukup besar dari sektor industri untuk menjadi pusat pertumbuhan kembali. "Pada 2021 - 2022 porsi sektor manufaktur menjadi penyumbang bagi PDB menurun menjadi hanya 20%-an saja, padahal sebelum pandemi bisa mendekati 30%," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, tantangan sektor riil saat ini yaitu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang bisa memberi nilai tambah untuk mencapai target 2045. "Perlu didorong investasi dalam dan luar negeri untuk meningkatkan kemampuan sektor riil. Seharusnya semakin banyak investasi masuk, akan semakin menambah nilai tambah lebih besar bagi sektor manufaktur dan akhirnya menaikkan kontribusi ke PDB," ujarnya.



Simak Video "Video Kabar Buruk dari Sri Mulyani Tentang Ekonomi Global"
[Gambas:Video 20detik]

(zlf/zlf)

Hide Ads