"Memang yang besar itu kita masih komoditi, seperti CPO. Walaupun sudah banyak yang menjadi minyak goreng. CPO-nya itu kan paling 7 juta (ton) yang lainnya sudah dalam bentuk minyak goreng," tuturnya kepada awak media saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Kamis (22/12/2022).
Meski begitu, Zulhas menjelaskan bahwa ada juga beberapa komoditas atau barang jadi yang dibeli dalam Trade Expo Indonesia ke 37.
"Ada kertas, ada kain, ada karet, baja, banyaklah," lanjutnya.
Adapun produk dengan nilai transaksi terbesar di antaranya adalah CPO dengan nilai US$ 9,19 miliar atau setara Rp 142,9 triliun, batubara (US$ 2,64 miliar), produk pertanian (US$ 777,81 juta), produk perikanan (US$ 441,763 juta), serta kertas dan produk kertas (US$ 385,86 juta).
Sementara target Trade Expo 2023, Zulhas belum memberikan keterangan lebih lanjut. Ia hanya berharap bahwa transaksi dalam Trade Expo tahun depan akan lebih baik.
"Tentu kita harus bekerja lebih keras lagi 2023 tidak mudah. Sekali lagi kata kuncinya kerja sama kalau kita kerja sama kuat dengan pengusaha-pengusaha kita juga para bupati, walikota, gubernur, perwakilan kita di luar negeri, promosinya intens. Saya kira tahun depan akan lebih baik lagi," jelasnya.
Sebagai informasi, hasil transaksi dalam Trade Expo Indonesia tahun ini tercatat sebanyak US$ 15,83 miliar atau setara Rp 246,6 triliun (kurs Rp 15.579). Zulhas mengatakan angka tersebut melebihi target yang sebelumnya pernah disebutkan dalam pembukaan acara Trade Expo ke 37 yakni sebesar US$ 10 miliar.
Ia mengatakan ada lima negara yang mencatatkan transaksi terbesar, rangking pertama China (RRT), kedua India, ketiga Jepang, keempat Mesir dan kelima Filipina.
Dalam paparannya tercatat transaksi lima negara terbesar penyumbang transaksi produk yaitu US$ RRT 10,78 miliar, India US$ 1,5 miliar, Jepang US$ 843, 9 juta, Mesir US$ 492,4 juta dan Filipina sebesar US$ 343,2 juta.
(ada/zlf)