Pemerintah akhirnya memutuskan untuk melakukan impor beras pada penghujung tahun 2022 ini. Impor tersebut dilakukan untuk memenuhi pasokan cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Perum Bulog.
CBP sendiri merupakan persediaan beras yang dikelola oleh pemerintah melalui Perum Bulog. Fungsinya untuk menjaga harga beras di pasaran, operasi pasar, dan penyaluran beras ketika terjadi keadaan darurat seperti bencana alam.
Lantas mengapa harus sampai impor beras tahun ini?
Perum Bulog memiliki tugas dari pemerintah setidaknya memiliki pasokan CBP 1 juta ton sampai 1,2 juta ton. Cadangan itu didapat dari penyerapan gabah dan beras dari petani atau penggilingan.
Namun, penyerapan Perum Bulog tahun ini menjadi yang terendah selama lima tahun terakhir. Dalam data realisasi pengadaan gabah beras sampai dengan 5 Desember 2022, tercatat hanya 954.462 ton. Penyerapan pada semester I 550.134 ton dan semester II sebanyak 404.329.
Angka itu turun dari penyerapan tahun sebelumnya yang mencapai 1.216.311 ton. Di mana saat semester I 2021 mencapai 739.133 ton dan 477.178 ton. Informasi ini didapat dari data power point Perum Bulog saat rapat dengan Komisi IV DPR dan Kementerian Pertanian pada 7 Desember 2022.
Penyerapan yang rendah ini disebut tidak serta merta kesalahan dari Perum Bulog. Menurut Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori tugas Perum Bulog dalam menyerap gabah dan beras petani ini diikat oleh aturan dari pemerintah, dari kualitas hingga harga.
"Aturannya ketat tidak boleh sembarangan, karena kalau sembarangan akan menimbulkan kerugiannya. Harga saja diatur untuk membeli gabah itu dulu Rp 4.200 per kg dan beras sebelumnya Rp 8.300/kg," ujarnya kepada detikcom, Jumat (30/12/2022).
Kemudian, pada awal tahun 2022 harga beras melonjak. Sedangkan harga fleksibilitas atau harga beras yang akan dibeli Bulog masih di bawah harga pasaran. Belum lagi, ketetapan harga itu direspon juga oleh perusahaan swasta.
Lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "Video Zulhas Sebut Telah Serap 1,5 Juta Ton Beras: Bisa Tak Impor Sampai Tahun Depan"
(ada/zlf)