Masa Kelam PTDI: Produsen Pesawat yang Sempat Jualan Panci

Masa Kelam PTDI: Produsen Pesawat yang Sempat Jualan Panci

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 25 Jan 2023 16:00 WIB
PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) atau saat ini dikenal dengan nama PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI pun hadir mengepakkan sayapnya. Pesawat CN235, NC212i, N219 Nurtanio hingga Helikopter AS565 MBe menjadi andalan yang terus diproduksi.
Ilustrasi PT Dirgantara Indonesia (Foto: ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI)
Jakarta -

Wakil Ketua Komisi VI DPR Mohamad Hekal bicara mengenai masa kelam BUMN di bawah holding industri pertahanan. PT Dirgantara Indonesia (PTDI) misalnya, ia menyebut sempat berjualan panci.

Hal itu disampaikan Hekal sampat rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VI Jakarta, Rabu (25/1/2023).

"Perusahaan-perusahaan yang di bawah inhan ini kita tahulah ini hidup segan mati tak mau dulunya. Kita ada PT Dirgantara yang dulu sempat jualan panci sama wajan gitu kan, pernah kita lihat tuh bekas-bekasnya," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak cuma PTDI, produsen kapal PT PAL Indonesia juga punya cerita kelam. Dia bercerita, saat kunjungan melihat kerja sama pembuatan kapal selam, salah satu direkturnya justru dinyatakan sebagai tersangka.

"Dan kapal selam saya dengar juga nggak berujung baiklah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Holding industri pertahanan sendiri mengincar masuk daftar top 50 defence global company. Namun, Hekal menyoroti kinerja perusahaan yang mencakup pendapatan hingga utang.

"Kalau ini di-breakdown per company pasti ada nih yang seperti PT PAL ini, mungkin ada juga di PT Pindad, mungkin di PT Dahana. Dahana saya tahu dulu cuma bikin alat peledak aja gitu," ujarnya.

Menurut Hekal, tonggak utama industri pertahanan ialah konsumen dalam negeri. Oleh karena itu, ia meminta agar holding industri pertahanan berdiskusi dengan Menteri Pertahanan untuk menentukan arah pengembangan.

"Jadi rasa-rasanya kalau di manapun industri pertahanan mau jadi yang terbaik, yang pasti menjadi tonggak utamanya adalah konsumsi dalam negeri dulu. Sekarang tolong diskusikan dengan Pak Menhan, karena saya pernah bicara ini dengan Pak Menteri BUMN juga, beliau juga kemajuannya inhan tergantung will-nya pemerintah dalam hal ini Menhan," terangnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi VI Martin Manurung menanggapi paparan dari holding industri pertahanan dengan istilah 'nafsu besar tenaga kurang'. Sebab, holding berencana melakukan banyak pengembangan, dari mulai tank, helikopter, radar, drone dan lain-lain.

"Kalau menurut saya kenapa nggak kita mulai dari hal-hal basic dari industri pertahanan. Saya orang bodoh pak industri pertahanan, saya nggak ngerti. Tapi misalnya bisa nggak kita swasembada peluru, atau apa itu pak, alat-alat pertahanan," ujarnya.

(acd/das)

Hide Ads