Jurus Sri Mulyani Bayar Bunga Utang tapi Masih Bisa Hemat Rp 30 T

ADVERTISEMENT

Jurus Sri Mulyani Bayar Bunga Utang tapi Masih Bisa Hemat Rp 30 T

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 31 Jan 2023 22:53 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani turut menjadi nara sumber dalam #DemiIndonesia. Sri Mulyani bicara tentang keuangan Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan soal penghematan berkat berbagi beban (burden sharing) antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) selama 2020-2022.

Sri Mulyani mengatakan penghematan pembayaran bunga utang pemerintah mencapai hingga Rp 30 triliun/tahun dari total burden sharing sebesar Rp 1.104,85 triliun yang dilaksanakan selama pandemi COVID-19. Angka itu mencakup burden sharing dari skema Surat Keputusan Bersama (SKB) I-III.

"Yang kita hitung estimasi penghematan kita antara Rp 29-30 triliun tapi kan ini bergerak dengan policy rate naik, iya, per tahun antara Rp 29-30 triliun. Range-nya sangat tergantung dari pergerakan surat berharga karena ini semuanya adalah yang tradable dan SBN ini jangka waktunya antara 5-8 tahun yang kita terbitkan untuk COVID," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).

Berdasarkan catatan BI, selama 3 tahun pihaknya telah membeli SBN di pasar perdana secara langsung untuk membiayai APBN sebesar Rp 1.104,85. Dalam SKB I, suku bunga SBN yang dibeli BI mengacu pada pasar.

Di SKB II, yield yang berlaku sebesar 7% dan semuanya ditanggung BI yakni Rp 397,56 triliun. Untuk SKB III yang berlaku pada 2021 dan 2022, bunga yang ditetapkan sama dengan biaya operasi moneter dengan nilai yang ditanggung BI sebesar Rp 439 triliun.

"Dulu waktu (suku bunga BI) 3,5% ya biaya fiskalnya 3,5%, penghematannya 3,5% dibandingkan suku bunga pasar. Kalau suku bunga pasar 7%, jadi penghematan fiskalnya 7% dikurangi 3,5% penghematan biaya fiskal," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam kesempatan yang sama.

Saat ini, suku bunga BI mencapai 5,76% dan suku bunga fiskal dari imbal hasil SBN di pasar mencapai 6-7%. Jika dikurangi, maka penghematan dari sisi yield yang sebenarnya harus ditanggung pemerintah 0,24%-1,2%.

"Dalam kondisi extraordinary COVID, fiskal tetap prudent, moneter tetap prudent, tapi ini adalah memang kekhususan ketidakluarbiasaan yaitu khusus untuk penanganan COVID, targeted, temporer selama 3 tahun (2020-2023) dan tentu saja transparan," tegas Perry.

(aid/hns)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT