Siap Cuan dari Budi Daya Udang di 2023? Ini yang Perlu Diperhatikan

ADVERTISEMENT

Siap Cuan dari Budi Daya Udang di 2023? Ini yang Perlu Diperhatikan

Dea Duta Aulia - detikFinance
Rabu, 01 Feb 2023 10:26 WIB
Pekerja memberi pakan udang vaname berumur 50 hari di Binuangeun, Lebak, Banten, Sabtu (29/1/2022). Masyarakat setempat yang membudidayakan udang vaname tersebut mengatakan dalam sekali panen bisa menghasilkan sekitar 25 ton udang vaname dengan omzet keuntungan mencapai miliaran rupiah. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Jakarta -

Data internal perusahaan budidaya udang, JALA, terdapat penurunan produktivitas udang dari yang sebelumnya mencapai 11,97 ton/ha pada 2019 menjadi 10,5 ton/ha pada 2022. Hal ini juga tercermin dari performa Survival Rate (SR) yang juga mengalami penurunan, yang mana pada 2021 nilai rata-rata mencapai 68,64% sedangkan pada 2022 hanya di angka 55,83%.

Meski demikian, CEO JALA Liris Maduningtyas mengatakan terdapat kenaikan angka ekspor udang dari 187.726 menjadi 200.975 ton tahun ini. Lewat temuan tersebut, JALA memprediksi adanya peningkatan produksi dengan terus mendampingi petambak udang Indonesia.

Hal itu ia katakan saat diskusi 'Shrimp Outlook 2023: Kondisi Industri Udang Indonesia di Tahun 2022 dan Solusi untuk Tahun 2023' di Surabaya, Senin (30/1/2023). Acara tersebut diselenggarakan karena budidaya udang di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar.

"Kami melihat 2022 menjadi tahun yang penuh tantangan karena adanya berbagai kendala seperti menurunnya harga yang diakibatkan penurunan permintaan hingga tingkat produktivitasnya itu sendiri. Menanggapi adanya fluktuasi harga tersebut, penting bagi para petambak untuk fokus mempertahankan produktivitas budidaya agar tetap maksimal dan mengamankan margin keuntungan dengan memperhatikan berbagai komponen, seperti waktu dan durasi panen hingga upaya konversi pakan udang," kata Liris dalam keterangan tertulis, Rabu (1/2/2023).

"Lewat penyediaan ekosistem digital yang disediakan JALA di sepanjang rantai industri, kami dapat mendapatkan informasi penting untuk pengembangan udang dari mulai pra-produksi hingga pascapanen. Karena itu, kami berharap bisa terus bangun ekosistem integratif dalam penyediaan solusi untuk seluruh pihak yang terlibat dalam industri udang yang pada akhirnya dapat memajukan industri udang di Indonesia," sambungnya.

Ia mengatakan dari tren tahun sebelumnya terdapat indikasi penurunan durasi budidaya sejak pertengahan tahun akibat harga udang anjlok. Hal tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya cuaca.

"Menanggapi adanya anjlok dalam harga udang, tambak sebaiknya tenang dan fokus mempertahankan produktivitas budidaya agar tetap maksimal. Efisiensi budidaya pun harus tetap dijaga supaya dapat mengamankan margin keuntungan. Strategi untuk panen di size panen dengan harga yang relatif stabil dapat diterapkan agar tidak membebani ongkos produksi," jelasnya.

Ia mengatakan dalam menjual udang pun sejumlah hal perlu diperhatikan misalnya dari segi ukuran udang. Udang berukuran besar memang memiliki harga jual tinggi namun hal tersebut tidak sebanding dengan ongkos produksinya.

"Udang dengan size besar memang menghasilkan harga jual semakin tinggi, tetapi kondisi ini menunjukkan udang besar hanya memiliki selisih yang tidak sebanding dengan ongkos produksi," tuturnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT