Ekspor Emas dan Perhiasan RI Melonjak Awal Tahun, Tembus Rp 12,5 T

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 15 Feb 2023 14:21 WIB
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kinerja ekspor Indonesia sebesar US$ 22,31 miliar pada Januari 2023. Komoditas logam mulia dan perhiasan/permata mengalami peningkatan ekspor paling tajam.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan ekspor logam mulia dan perhiasan/permata pada Januari 2023 mengalami peningkatan US$ 257,9 juta atau 46,54% dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan begitu total ekspor komoditas tersebut tercatat sebesar US$ 812,1 juta atau sekitar Rp 12,5 triliun (kurs Rp 15.500).

"Peningkatan ekspor komoditas nonmigas terbesar logam mulia dan perhiasan/permata dengan kode HS 71 mengalami peningkatan US$ 257,9 juta atau naik 46,54%. Secara volume naik 43,70%," kata Habibullah dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/2/2023).

Habibullah menyebut negara tujuan utama ekspor logam mulia dan perhiasan/permata yakni Swiss, Singapura, dan Jepang.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas juga terjadi pada komoditas karet dan barang dari karet yang naik US$ 43,7 juta atau 10,61%. Ekspor komoditas tersebut tercatat sebesar US$ 455 juta pada Januari 2023.

Kemudian peningkatan terbesar ekspor nonmigas selanjutnya yakni komoditas kapal, perahu, dan struktur terapung yang naik US$ 34,6 juta, ekspor komoditas ampas dan sisa industri makanan naik US$ 24,1 juta, serta ekspor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya naik US$ 23,1 juta.

Di sisi lain, penurunan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada komoditas bahan bakar mineral yang turun 8,19% atau US$ 379,7 juta. Tujuan utama impor komoditas tersebut diketahui berasal dari Tiongkok, Jepang dan India.

"Penurunan ekspor nonmigas terbesar yaitu bahan bakar mineral atau kode HS 27 turun US$ 379,7 juta atau 8,19%. Secara volume turun 7,07%," ujar Habibullah.

Selanjutnya penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada bijih logam, terak dan abu yang turun US$ 342,2 juta, lemak dan minyak hewani/nabati turun US$ 261,1 juta, besi dan baja turun US$ 215,1 juta, serta timah dan barang daripadanya turun US$ 142,1 juta.




(aid/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork