Meningkat di Masa Pandemi
Namun, baik Herlina maupun Pipih mengatakan, di luar kepercayaan dan ikatan emosional, ada faktor lainnya yang membuat nasabah datang ke BRILink. Pertama, masih banyak nasabah yang terbatas dalam penguasaan teknologi. Meskipun tinggal di perkotaan, banyak dari mereka yang tak percaya diri bertransaksi di bank, mobile banking, atau mesin ATM, sehingga lebih merasa nyaman dibantu agen. Juga, masih banyak orang yang belum membuka tabungan di bank.
Kedua, jam operasional bank yang terbatas pada jam kerja dari pukul 08.00-15.00 WIB dan tutup pada akhir pekan. Sementara agen BRILink beroperasi dari pukul 07.00-22.00 WIB, tujuh hari seminggu. Dari agen-agen BRILink diketahui bahwa transaksi paling banyak terjadi pada sore hingga malam dan hari libur. "Kalau diturutin, pukul 24.00 WIB itu masih ada yang transaksi. Tapi kata anak-anak 'Bu, ngoyo banget," kata Herlina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih pada saat pandemi COVID-19, ketika kantor bank dikenakan pembatasan kunjungan. Herlina mengatakan, agen BRILink-nya 'kebanjiran' nasabah di masa pandemi. Namun, ia tetap berusaha menerapkan protokol kesehatan dengan ketat kepada para nasabahnya. "Karena pandemi itu pula saya fokus di sini. Di sini awalnya hanya satu meja. Ada yang transfer kita layanin, nggak ada kita tidur. Sejak pandemi saya nambah voucher dan asesoris- asesoris handphone," imbuh Herlina.
Transaksi Per Bulan
Ditanya tentang jumlah transaksi, Herlina mengungkapkan dalam satu bulan ia harus memenuhi target dari BRI sebanyak 500 transaksi dalam bentuk apapun dan menggunakan EDC. Jika tidak, maka EDC tersebut akan ditarik oleh mantri BRI. Namun, ia selalu dapat memenuhi target, bahkan sering melampauinya. Jadi, jika diambil rata-rata, maka dalam sehari ada 16 nasabah yang memanfaatkan jasanya.
Dalam ketentuan BRI, agen akan mendapatkan sharing fee 50:50 untuk setiap transaksi yang dikenakan. Sebagai contoh, nasabah melakukan tarik tunai dengan ATM BRI milik agen, maka saldo ATM agen akan terpotong Rp 3 ribu. Namun, nantinya agen akan mendapatkan pengembalian komisi setengahnya. Contoh lainnya, transfer antar bank, saldo agen akan dipotong Rp 15 ribu dan kemudian dikembalikan setengahnya sebagai komisi. Komisi-komisi tersebut akan diakumulasikan dalam sebulan.
Kendati begitu, agen dibebaskan mematok biaya administrasi kepada nasabah untuk berbagai macam transaksi. Dari berbagai informasi yang dihimpun detikFinance, biaya admin tersebut bervariasi, menyesuaikan besaran transaksi. Penentuannya pun berbeda setiap agen dan sangat kompetitif. Contoh, tarik tunai di bawah Rp 1 juta dikenakan admin Rp 5 ribu. Tarik tunai di atas Rp 1 juta dikenakan admin Rp 10 ribu dan berlaku kelipatannya.
Dengan kata lain, agen mendapatkan penghasilan fee bulanan dari BRI dan biaya admin dari nasabah. Selain tarik tunai dan transfer, agen BRILink melayani hampir semua transaksi keuangan di bank maupun mobile banking. Agen BRILink juga melayani penyaluran kredit mikro dan pembuatan rekening nasabah. Namun, untuk pemberian buku tabungan dan pembuatan ATM, nasabah tetap harus mengambilnya ke bank.
Karena itu, tidak mengherankan jika ada cerita agen BRILink mampu membeli rumah hingga mobil, terutama di daerah. Herlina sendiri saat ini sedang bersiap untuk berangkat umroh dari hasil bisnisnya. Sedangkan Pipih enggan membuka profit yang dia peroleh dari BRILink. Namun, dari keagenan bank ini, ia yang mempunyai tiga anak dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga seperti pada saat dia dan suaminya masih bekerja.
Pendapatan dari Fee Bertambah
Agen BRILink merupakan implementasi program keterbukaan (inklusi) keuangan perbankan dan transformasi digital yang dijalankan oleh BRI. Pipih dan Herlina adalah dua dari 627 ribu agen BRILink yang saat ini tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah itu terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Corporate Secretary PT BRI (persero), Aestika Oryza Gunarto beberapa waktu lalu di Bogor menjelaskan, sampai akhir tahun 2022 lalu, agen BRILink telah menjangkau lebih dari 58 ribu desa. Sedangkan jumlah transaksinya tembus 1,08 miliar dengan volume uang yang berputar sebesar Rp 1,298 triliun. Keberadaan agen juga berdampak pada makin efisiennya operasional BRI.
"Dengan volume transaksi Rp 1.298 triliun. Ini agen BRILink kita. Bahkan agen BRILink itu juga beberapa BRI unit kan mengurangi kantor kas, karena sudah ada agen BRILink. Dan siapapun boleh buka agen BRILink dengan syarat tertentu. Itu bagian dari inklusi keuangan," ungkap Aestika.
Sementara itu, dalam pemaparannya tentang kinerja BRI tahun 2022, Direktur Utama BRI Sunarno mengatakan, pendapatan berbasis komisi (free based income) berkontribusi besar dalam menjaga kinerja perseroan, selain melakukan efisiensi biaya dan mengoptimalkan recovery. Laba bersih BRI sendiri pada 2022 mencapai Rp 51,4 triliun, tumbuh 67,15 persen year on year (yoy).
"Pendapatan berbasis komisi memberikan kontribusi yang masif terhadap kinerja BRI secara keseluruhan. Di mana pada akhir Desember 2022, BRI berhasil menghimpun pendapatan berbasis Komisi senilai Rp 18,80 triliun atau tumbuh 10,16 persen yoy, sehingga fee to income ratio mencapai Rp 11,37 persen," kata Sunarso.
Sayangnya, belum dirinci berapa sumbangsih fee dari BRILink terhadap total pendapatan berbasis komisi sebesar Rp 18,8 triliun itu. Jika berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah fee dari transaksi BRILink yang didapatkan BRI makin meningkat, seiring dengan peningkatan laba bank BUMN itu sendiri.
Agen-agen BRILink berharap kerjasama yang sudah berjalan dalam beberapa tahun ini ditingkatkan. Herlina bilang, selama ini pihaknya selalu didampingi oleh mantri-mantri BRI. Namun, ia masih menemui kendala ketika mengajukan modal ke BRI dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Gara-garanya status BI checking pada kartu kredit yang sudah lama tak digunakannya.
"Kadang-kadang karena BI Checking jelek, jadi nggak dapat kredit. Sementara kita seorang agen sangat membutuhkan modal. Kita ada income juga ke BRI, kita membawa nama BRI. Itu saja," pungkas Herlina.
(irw/hns)