Industri Makanan dan Minuman (mamin) terbukti memiliki resistensi yang tinggi terhadap hantaman pandemi dan ketidakpastian global. Berdasarkan data Kemenperin, ekspor makanan dan minuman termasuk minyak sawit mencapai US$48,61 miliar pada Januari-Desember 2022. Sementara, impornya sebesar US$16,52 iliar pada periode yang sama.
Namun di lain sisi, dengan kondisi penduduk dunia yang diperkirakan mencapai 9,45 miliar jiwa pada 2045, di mana 319 juta jiwa berasal dari Indonesia, krisis yang melanda dunia saat ini mengakibatkan krisis pasokan bahan baku pangan. Bukan saja akibat perang Rusia-Ukraina, juga karena adanya perubahan iklim. Konsumen juga akan semakin kritis terhadap produk yang dikonsumsinya baik dari sisi kualitas, nilai tambah yang ditawarkan, dan dampak lingkungannya.
Untuk itu Schneider Electric menggandeng Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) dalam pengembangan keahlian digital bagi sumber daya manusia (SDM) di industri mamin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemitraan strategis ini mencakup pengembangan pendidikan, kurikulum pelatihan, program pelatihan, sertifikasi kompetensi dan konsultansiindustry 4.0 readiness assessment untuk para anggota GAPMMI yang akan berlangsung selama tiga tahun ke depan hingga 2025.
Adapun materi pembelajaran terkait transformasi digital termasuk di dalamnya mempelajariAgile Manufacturing, Efficient Facilities dan Resilient Supply Chain.
Kerja sama pengembangan kompentensi digital bagi SDM mamin ini dilatarbelakangi oleh komitmen pelaku industri mamin nasional dalam upaya percepatan transformasi digital untuk menghadapi tantangan masa depan dan meningkatkan daya saing di pasar global.
Selama tiga tahun kerja sama ini, Schneider Electric dan GAPMMI menargetkan dapat melatih tenaga profesional di bidang engineering OT, operations dan tenaga IT.
Adhi S. Lukman, Ketua Umum GAPMMI saat kerja sama ini diperkenalkan hari ini, mengatakan, pihaknya menekankan pentingnya upaya percepatan transformasi digital yang menyeluruh di seluruh rantai pasokan dan transisi energi bersih, yang didukung dengan sumber daya manusia yang memiliki literasi digital, iklim ekonomi, geopolitik dan investasi yang kondusif, serta ekosistem pangan global yang kolaboratif dalam mewujudkan ketahanan pangan dan keberlanjutan yang berdampak positif terhadap sosial dan lingkungan.
"Produsen mamin membutuhkan teknologi yang dapat mengintegrasikan dan menyediakan visibilitas menyeluruh terhadap tiap siklus hidup sistem rantai pasok mulai dari suplai bahan baku, proses produksi, pengemasan, distribusi hingga sampai ke tangan konsumen. Teknologi ini membutuhkan tenaga ahli yang terampil dalam mengoperasikannya. Pengembangan SDM inilah yang menjadi fokus GAPMMI saat ini dalam mendukung para anggota kami," jelas Adhi.