Dari banyaknya zat kimia di dalam rokok, nikotin merupakan salah satu kandungan yang paling sering disinggung jika berbicara bahaya merokok. Namun tahukah Anda meski menyebabkan candu, namun nikotin bukan menjadi sumber utama penyakit akibat kebiasaan merokok, lho.
Chief Life Sciences Officer SFP, Philip Morris International (PMI) Badrul Chowdhury menjelaskan rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit kardiovaskular dan lainnya. Namun penyakit tersebut bukan disebabkan oleh nikotin, melainkan karena zat hasil pembakaran tembakau seperti TAR.
"Banyak orang menganggap nikotin menyebabkan kanker. Padahal nikotin tidak. Alasan utama bahaya kesehatan itu adalah tar dan abu yang terbakar, bukan dari nikotin. Nikotin adalah bahan kimia yang adiktif. Tapi penyakit utama yang kita bicarakan seperti kanker paru-paru, stroke, itu semua berasal dari produk yang terbakar dari tembakau," ujarnya saat menghadiri Paparan Publik PT HM Sampoerna Tbk., di The Langham, Senayan, Jakarta, Senin (20/2/2023).
Lebih lanjut dia menjelaskan pembakaran rokok pada suhu tinggi dapat memicu produksi lebih dari 6.000 zat kimia berbahaya yang dihirup. Kendati demikian risiko tersebut bisa ditekan dengan beralih ke produk tembakau bebas asap.
Sebab pada produk tembakau tanpa asap, proses pemanasan berlangsung maksimal 350 derajat celcius dan tanpa pembakaran, sehingga tidak ada api, abu, maupun asap. Menurutnya dengan menghindari pembakaran suhu tinggi, maka nikotin dan rasa bisa dikeluarkan dari tembakau, tetapi di sisi lain bisa menekan produksi zat berbahaya. Dengan begitu mampu menekan 95% dampak dari zat-zat berbahaya tersebut.
Di sisi lain, Badrul juga memaparkan hasil riset yang membandingkan urutan waktu orang pulih dari berhenti merokok, dengan bagaimana tubuh pulih jika beralih ke produk bebas asap.
"Hasilnya kurang lebih sama. Karbon monoksida di dalam darah juga berkurang. Kemudian mengurangi gejala PPOK seperti napas pendek, dan gangguan paru-paru. Selain itu tingkat kematian dan risiko kanker itu juga lebih lama terjadi," terangnya.
Karena itu, dia menilai produk tembakau inovatif bebas asap seperti IQOS ILUMA bisa menjadi alternatif yang lebih baik. Khususnya bagi para perokok yang tidak mau dan tidak bisa berhenti merokok.
Adapun IQOS ILUMA merupakan produk tembakau bebas asap terbaru keluaran PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna). IQOS ILUMA memanaskan batang tembakau yang menggunakan daun tembakau asli tanpa pembakaran. Seperti perangkat IQOS sebelumnya, IQOS ILUMA mengurangi paparan zat kimia berbahaya atau berpotensi berbahaya hingga 95% lebih rendah dibandingkan dengan asap rokok.
"IQOS ILUMA adalah produk bebas asap berbasis sains kami yang paling inovatif saat ini dan merupakan produk unggulan dalam portofolio kami. Indonesia menjadi negara pertama untuk peluncuran IQOS ILUMA di Asia Tenggara. Kami percaya, para perokok dewasa yang memutuskan untuk terus menggunakan produk tembakau seyogyanya memiliki akses terhadap inovasi dan teknologi paling mutakhir untuk alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan terus merokok," tukas Presiden Direktur Sampoerna, Vassilis Gkatzelis.
(fhs/ega)