Strategi gray zone di dunia internasional yang diterapkan suatu negara untuk mencapai tujuan tertentu harus menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia dalam menentukan kebijakan global.
Aktivitas gray zone merupakan sebuah langkah yang ditujukan untuk mencapai tujuan politik, namun tanpa harus melakukan pengerahan kekuatan militer secara masif.
Telaah tentang strategi gray zone menjadi bahasan menarik yang mengemuka dalam diskusi antar-universitas yang berlangsung dalam webinar bertajuk "China's Gray Zone Operation in South East Asia: the Case of the Phillippines," yang diselenggarakan Senin 27 Februari 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diskusi dihadiri Profesor Renato Cruz DeCastro dari Universitas De La Salle University, Filipina, Johanes Herlijanto, pemerhati Tiongkok dari Universitas Pelita Harapan (UPH), dosen Hubungan Internasional UPH Adri Arlan, dan beberapa dosen dan mahasiswa dari Universitas President, Cikarang, Universitas Atmajaya, Jakarta, serta peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Pengalaman Filipina menghadapi strategi gray zone yang diterapkan oleh Cina di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina merupakan pelajaran berharga bagi Indonesia, yang juga menghadapi strategi gray zone di wilayah ZEE Indonesia di perairan Natuna," demikian disampaikan oleh Johanes Herlijanto, yang juga ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) itu.
Sementara itu, Profesor Renato Cruz DeCastro dari Universitas De La Salle University, Filipina, menyebutkan bahwa aktivitas "gray zone," yaitu perang politik untuk mencapai sebuah tujuan politik tanpa harus melakukan pengerahan kekuatan militer secara masif.
Ini merupakan pengejawantahan dari falsafah perang Sun Zi, yang antara lain mengajarkan cara menang dalam peperangan tanpa bertempur.
"Berdasarkan prinsip inilah Cina berupaya menekankan klaimnya di Laut Cina Selatan, antara lain dengan membangun dan melakukan militerisasi pada pulau-pulau buatan di wilayah-wilayah yang masih berada dalam sengketa dengan Vietnam dan Filipina, mengirimkan kapal-kapal nelayannya ke wilayah Laut Cina Selatan, serta menugaskan kapal-kapal unit lautnya untuk melakukan berbagai maneuver seperti yang terjadi pada awal bulan Februari ini di wilayah ZEE Filipina," lanjut Renato.
Lihat juga Video 'Astronaut China Kenang Momen Lucu saat Bertugas di Luar Angkasa':
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Awalnya Presiden Filipina Duterte kurang menganggap serius insiden-insiden yang terjadi antara aparat Filipina dan Cina. Namun sekitar tahun 2020-an, pemerintah Filipina memberikan respons yang lebih serius terhadap berbagai insiden di atas, antara lain dengan makin memperkuat patroli penjaga kedaulatan di wilayah perairan yang masih berada dalam sengketa.
Dalam diskusi yang diprakarsai FSI itu, mengemuka pandangan bahwa pengalaman Filipina menghadapi operasi gray zone Cina membawa implikasi yang penting bagi Indonesia. Menurut ketua FSI, Johanes Herlijanto, pengalaman Filipina memperlihatkan bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara yang menjadi target dari operasi gray zone Cina.
Selain itu, apa yang terjadi dengan Filipina memperlihatkan bahwa hubungan mesra dengan Cina tidak serta-merta mengurangi, operasi gray zone mereka.
Berkaca dari hal di atas, Indonesia perlu melanjutkan sikap serius yang sudah ditunjukan terkait upaya menjaga kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia di perairan Natuna yang sering menjadi target aktivitas gray zone.
Upaya meningkatkan kekuatan militer dan kehadiran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut di wilayah ZEE terluar perlu ditingkatkan. Dan yang juga harus digaris bawahi adalah Indonesia perlu untuk berdiskusi dan berbicara dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk mencari solusi bagi isu operasi gray zone di wilayah Asia Tenggara.
(dna/dna)