Rencana PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengimpor KRL bekas dari Jepang masih menjadi polemik hingga saat ini. Rencananya, impor KRL dilakukan untuk mengganti kereta yang pensiun.
VP Public Relations PT KAI (Persero) Joni Martinus menjelaskan, jika bicara mengenai kereta pensiun maka erat kaitannya dengan aspek keselamatan.
"Sebenarnya ketika kita bicara gerbong itu harus dipensiunkan atau sudah tidak lagi dioperasikan, ini tentu terkait erat dengan keselamatan. Ini sangat erat terkait dengan keselamatan, ada audit keselamatan di situ, ada faktor safety yang harus dipertimbangkan," terangnya di Bandung, Senin (6/5/2023).
Ia menuturkan, ketika KCI mengajukan izin impor KRL bekas Jepang maka sudah ada perhitungannya.
"Ketika temen-temen KCI berkirim surat memberitahukan bahwa kereta-kereta api atau gerbong-gerbong itu sudah harus pensiun itu sudah ada perhitungan sendiri," katanya.
Joni menjelaskan, kalau KRL dipensiunkan dan tidak diganti maka akan mengurangi kapasitas angkut kereta. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat terhadap kereta terus meningkat.
"Kita pengin mobilitas masyarakat itu tidak terganggu, pelayanan tetap baik. Kita tahu sendiri kebutuhan masyarakat terhadap KRL sangat tinggi maka tentu kita harus menjaga itu," jelasnya.
Meski demikian, dia mengatakan, pada prinsipnya KAI mendukung produksi dalam negeri. KAI sendiri telah memanfaatkan kereta dalam negeri.
"Termasuk KRL tentu kita juga akan maksimal memanfaatkan produksi dalam negeri tapi kan ini tidak bisa cepat. Untuk membuat kereta baru itu butuh proses 2-3 tahun. Sementara kebutuhan masyarakat itu tidak bisa ditunda," jelasnya.
Simak Video "Penumpang KRL Tertahan Hampir Sejam di Stasiun UI Gegara Perbaikan LAA"
(acd/ara)