Kedatangan Banyak Kapal Raksasa, JICT Modernisasi Peralatan Bongkar Muat

Kedatangan Banyak Kapal Raksasa, JICT Modernisasi Peralatan Bongkar Muat

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 09 Mar 2023 18:41 WIB
JICT tambah fasilitas bongkar muat yakni dua unit crane terbaru dengan teknologi modern. Tambahan alat baru ini guna tingkatkan produktivitas terminal tersebut.
Foto: Pradita Utama

Selain terus memodernisasi peralatan untuk meningkatkan produktivitas, JICT juga menerapkan digitalisasi dan otomatisasi dalam seluruh operasi pelabuhan, mulai dari pintu gerbang hingga transaksi pembayaran. "Kami sudah melakukan otomatisasi gerbang dengan JICT Auto Gate System (JAGS) dikombinasikan dengan aplikasi Truck ID sejak 2016. Dua tahun kemudian, aplikasi ini diterapkan di seluruh gerbang Pelabuhan Tanjung Priok," kata Budi Cahyono.

Seluruh proses operasional di terminal juga menggunakan sistem yang dinamakan NGen. Seluruh proses, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya di lapangan, sudah terintegrasi. Sistem ini dipakai di semua pelabuhan Hutchison Port Holding (HPH) di seluruh dunia. Dimana komposisi pemegang saham JICT yang dimiliki oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) sebagai pemegang saham mayoritas JICT sebesar 51,0 persen dan , selebihnya dimiliki Hutchison Port Jakarta PTE Limited sebesar 48,9 persen dan Koperasi Pegawai Maritim sebesar 0,1 persen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi menceritakan, begitu ada pelanggan yang mengajukan order, otomatis operator di Head Truck dan RTGC bisa langsung bergerak. Sehingga, pengguna jasa bisa mendapatkan kepastian, termasuk lokasi kontainer mereka. "tidak ada ada lagi pelanggan yang bisa minta didahulukan, padahal datangnya belakangan. Sewaktu sistemnya masih manual, persoalan ini menjadi isu di terminal," kata Budi Cahyono yang sebelumnya pernah menjadi Direktur Keuangan JICT ini.

Sistem pembayaran biaya ekspor-impor di JICT juga sudah bisa dilakukan secara online menggunakan aplikasi Web Billing (WEBI) atau Mobile Apps berbasis Android. Pengguna jasa tak perlu lagi datang ke pelabuhan untuk melakukan pembayaran. "Dulu mereka harus membawa uang ratusan juta rupiah hanya dalam tas kresek. Sekarang mereka bisa melakukannya melalui ATM atau internet banking bank-bank pemerintah," kata Budi Cahyono lagi.

ADVERTISEMENT

Menurut Budi Cahyono, pemanfaatan teknologi informasi (IT), termasuk aplikasi digital, di JICT berhasil memperlancar dan mempercepat arus barang, baik dari kapal ke Head Truck atau sebaliknya maupun di dalam terminal penumpukan (container yard). "Efisiensi waktu merupakan kunci bagi semua stakeholder pelabuhan untuk membentuk ekosistem pelabuhan seperti yang diinginkan pemerintah dengan adanya National Logistics Ecosistem," kata Yukki Nugrahawan Hanafi.

Karena itu, kata Yukki Nugrahawan Hanafi, diperlukan kolaborasi yang melibatkan pengelola pelabuhan seperti Pelindo atau operator terminal peti kemas seperti JICT, seluruh pengguna jasa di pelabuhan, baik di level nasional maupun global, serta 18 kementerian dan lembaga yang terlibat dalam ekosistem logistik nasional. "Kolaborasi ini is a must, sebuah keharusan," kata mantan Presiden Komisaris PT Dewata Freight International Tbk ini.

Sampai November 2022, arus barang di JICT mencapai 1.826.053 TEUs. "Sampai akhir tahun, kita perkirakan bisa mencapai total arus barang di atas dua juta TEUs," kata Budi Cahyono. Jumlah ini sedikit lebih rendah dibandingkan throughput 2021 yang mencapai 2.037.518 TEUs, tapi masih lebih besar dibandingkan 2020 yang hanya 1.805.321 TEUs. Arus barang pada 2020 itu turun 13,4 persen akibat Covid-19.


(fdl/fdl)

Hide Ads