Barang-barang furniture yang terbuat dari kayu hingga saat ini masih banyak digemari. Furniture yang terbuat dari kayu memiliki daya tarik tersendiri dan terkesan lebih alami.
Salah satu rumah produksi asal Bantul, Yogyakarta, CV Kresna Unikat membuat berbagai produk dari 3 jenis kayu, yaitu mangga, mindi, dan suar. Kayu-kayu ini didapatkan dari Klaten, Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Produk-produk yang dihasilkan sangat beraneka ragam. Ada cermin, lemari, stool, meja TV, meja, bedside drawer, dan lainnya.
Rumah produksi ini sudah berdiri sejak 2003 dan telah memasarkan produknya ke pasar Eropa dan Australia. Di Eropa, CV Kresna Unikat mengirimkan produknya ke berbagai negara, seperti Inggris dan Prancis. Meski demikian, salah satu pengelola CV Kresna Mukti, Sisil mengaku bahwa rumah produksinya melakukan 90% ekspor ke Australia.
"Hampir 90% ke Australia. Kalau untuk kayu mangga paling banyak ke sana. Dulu sebelum Covid banyak yang ke Inggris, Prancis, tapi akhir-akhir ini banyak yang ke Australia. Semua (produk), semua item ini (diekspor) ke Australia sampai sekarang," kata Sisil kepada detikcom di JIExpo Kemayoran, Jakarta, ditulis Jumat (10/3/2023).
Dalam sebulan, Sisil mengaku rumah produksinya bisa menghasilkan 200 hingga 300 pieces produk atau 1 kontainer. Sementara untuk produksi cermin, dalam sehari bisa sampai 50 pieces.
"Kalau kayunya sudah siap, paling lama 3 minggu lah untuk 1 kontainer yang biasanya 40 high cube, sekitar 200-300 pieces, itu sekitar 3 minggu sampai 1 bulan. Cermin paling cepat (produksinya), sehari bisa 50, satu minggu bisa ratusan," ungkapnya.
Sementara untuk harganya, dibanderol mulai dari Rp 600.000-an hingga Rp 6 juta, tergantung dari bentuk permintaan, ukuran, dan jenis kayu yang digunakan.
Usahanya ini, kata Sisil, sudah dilakukan sejak tahun 2003. Awalnya, ia memang melakukan kerajinan tangan dan punya langganan dari Inggris. Karena adanya permintaan dari pelanggan tersebut, akhirnya ia mulai membuat produk-produknya untuk disuplai ke pelanggan itu.
"(Usahanya) sudah lama, dari 2003. Dulu saya dari handycraft, saya punya langganan orang Inggris, dia selalu cari barang di satu suplier-suplier dia pasti selalu komplain, 'ininya kurang, tidak kering' terus dia bilang 'kamu saja yang buat'. Akhirnya kita buat hanya untuk nyuplai dia, lama-lama saya (buat) lebih banyak, (karena) terlalu banyak produksi saya, akhirnya saya boleh jual ke yang lain, sampai sekarang," paparnya.
(das/das)