Kini, menurutnya suku bunga bank yang tinggi menjadi pengubah. Untuk menekan inflasi tinggi, sejak Juli lalu the Fed meningkatkan suku bunga dengan cepat sehingga para investor menarik uangnya dari investasi di perusahaan teknologi ke deposito bank atau surat berharga pemerintah yang memberikan return lebih tinggi.
"Pengurangan sumber dana dari investor memaksa perusahaan teknologi putar arah. Dari valuasi ke efisiensi, dari top line ke bottom line. Maka penyehatan menjadi keharusan. Era Bakar duit berakhir," tegasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan GoTo yang kembali melakukan penyehatan organisasi, memangkas biaya yang duplikasi.
"GoTo tengah memasuki masa penyehatan, menipiskan lemak akibat redundancy. Merger Gojek dan Tokopedia telah menghasilkan banyak potensi sinergi dan tentu harus dibarengi dengan operasional yang lebih efisien. Kini GoTo harus lebih disiplin dan berfokus pada bisnis inti yang menghasilkan return on investment," lanjutnya lagi.
Kalau GoTo berhasil, maka perusahaan itu akan menjadi lebih lincah mengejar target profitabilitasnya di akhir 2023. Apalagi target ini dipercepat 1,5 tahun dari rencana awal.
Ia membandingkan GoTo dengan startup lain yang masih menunggu profit, dan mencontohkan Sea Limited (Singapore) yang justru meraih untung di atas Rp 6 Triliun pada Q4 2022. Padahal bisnis gaming unit Garena merosot 32.9%, dari US$ 1.41 miliar pada tahun sebelumnya menjadi US$ 948.8 juta pada kuartal itu.
Perusahaan internet raksasa yang sudah menguntungkan seperti Meta pun melakukan perampingan organisasi dengan memangkas kembali 10,000 karyawan. Menurut Rhenald, perusahaan menganggap semakin ramping maka semakin bagus.
"Sea kehilangan market gaming Free Fire yang dilarang di India. Cukup besar, tapi dengan mengurangi bakar duit, bahkan merampingkan SDM, kini jauh lebih sehat. Era baru telah datang, mindset para merchant, driver, UMKM pengguna bisnis online, anak-anak yang bekerja di startup dan kita yang menyaksikannya juga harus berubah," tutupnya.
(hns/hns)