Heboh Dukun Pengganda Uang, Kok Masih Ada yang Percaya?

Heboh Dukun Pengganda Uang, Kok Masih Ada yang Percaya?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Sabtu, 08 Apr 2023 14:00 WIB
Polres Banjarnegara amankan uang palsu dari Slamet Tohari alias Mbah Slamet dukun pengganda uang tersangka pembunuhan berencana. Foto diunggah Rabu (5/4/2023).
Foto: Uje Hartono/detikJateng
Jakarta -

Penipuan berkedok praktik dukun pengganda uang bikin heboh masyarakat. Terbaru, ada kasus tentang Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah. Praktik ini bahkan berujung pembunuhan pada para kliennya.

Lalu, kok masih ada orang yang percaya dengan praktik dukun pengganda uang?

Perencana Keuangan Andy Nugroho mengatakan, fenomena dukun pengganda uang ini tercipta dari keinginan masyarakat yang ingin memiliki uang banyak dalam waktu singkat tanpa perlu kerja keras. Alhasil, mereka percaya kepada praktik perdukunan tersebut.

"Fenomena penggandaan uang masyarakat terjebak dengan praktik ngakunya mampu menggandakan uang seperti ini sebenarnya masalahnya itu udah ada sejak lama," kata Andy saat dihubungi detikcom, Sabtu (8/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditambah lagi, lanjut Andy, saat ini kondisi perekonomian sedang kurang baik. Bisa saja pula, ada faktor tambahan lainnya mulai dari terlilit utang hingga adanya kebutuhan mendesak, sehingga jalan memperoleh uang secara instan ini terlihat menggiurkan. Namun di sisi lain, ada juga yang tergiur serta merta karena ingin cepat kaya raya.

"Makanya mereka pada percaya dengan dukun penggandaan uang tadi karena kemudian terhimpit kondisi keinginan kaya raya dalam waktu singkat yang menggebu-gebu. Jadi menghilangkan ataupun menutupi logika mereka, tidak lagi berpikir secara realistis," katanya.

ADVERTISEMENT

Senada, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Asad mengatakan, penawaran penggandaan uang secara instan tanpa perlu bekerja keras memang cukup menggiurkan bagi sebagian besar orang. Apalagi bila orang tersebut memiliki literasi keuangan yang rendah.

"Tapi kalau dari data OJK literasi keuangan udah dilakukan. Cuma pelaksanaannya masih belum. Artinya, informasinya mereka udah tahu, ngerti, kalau ada investasi bodong, dukun palsu, tetap penasaran pengin tahu," kata Teja saat dihubungi terpisah.

Adapun berdasarkan data Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan nasional di 2022 mencapai 49,68%. Sementara, jika dilihat berdasarkan data wilayah, nilai literasi inklusi keuangan di pedesaan 48,43% sementara perkotaan di 50,52%.

Teja menambahkan, bisa jadi juga literasi keuangan tersebut belum dapat menjangkau para korban dari dukun pengganda uang ini. Apalagi bagi masyarakat menengah ke bawah yang kesulitan akses informasi.

"Mungkin caranya harus dengan blusukan-blusukan ke kampung-kampung. Yang lebih memasyarakat banget. Atau misalnya dengan layar tancap, dangdutan, mungkin lebih masuk. Karena dukun-dukunan itu kebanyakan kayaknya orang di level bawah. Kalau menengah lebih ke investasi bodong," ujarnya soal dukun pengganda uang.

(fdl/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads