Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2023 lebih besar dari impor. Itu artinya, neraca dagang Indonesia kembali mengalami surplus setelah hampir tiga tahun atau selama 35 bulan berturut-turut.
"Neraca perdagangan Indonesia sampai Maret 2023 surplus selama 35 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, namun kita lihat bahwa surplus pada Maret 2023 ini sebenarnya cukup melemah apabila kita bandingkan dengan bulan sebelumnya," kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi dalam konferensi pers, Senin (17/4/2023).
Machdi mencatat nilai ekspor pada Maret 2023 mencapai US$ 23,50 miliar, turun 11% dibanding tahun lalu. "Secara year on year nilai ekspor Maret turun 11,33% jika dibandingkan dengan Maret 2022. Jika kita lihat lebih rinci lagi bahwa ekspor Maret 2023 turun 4,76% dibandingkan Maret 2022. Untuk ekspor non migas Maret 2023 turun 11,70% dibandingkan Maret 2022," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, nilai impor pada Maret 2023 mencapai US$ 20,59 miliar. Angka ini naik secara 29,33% bulanan dan turun 6,26% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Secara month to month nilai impor 2023 sebesar US$ 20,59 miliar atau naik 29,33% dibandingkan Februari 2023. Jika kita lihat lebih rinci lagi impor migas Maret 2023 itu senilai US$ 3,02 miliar atau naik 25,28% dibandingkan Februari 2023, impor non migas US$ 17,57 miliar atau naik 30,05% dibandingkan Februari 2023," ucapnya.
Machdi menjelaskan kenaikan impor nonmigas dikarenakan ada peran beberapa komoditas seperti mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya yang naik 29,45%, besi dan baja naik 45,52%, dan mesin peralatan mekanis serta bagiannya naik 15,65%. Sedangkan kenaikan impor migas dikarenakan adanya kenaikan minyak mentah sebesar 54,18%, serta hasil minyak naik 21,09%.
Secara tahunan, nilai impor pada Maret 2023 turun 6,26% dibandingkan Maret 2022 (year on year/yoy). Lebih rinci dijelaskan impor migas turun 13,67% dan impor nonmigas turun 4,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Pertumbuhan impor Maret 2023 secara year on year kembali melemah setelah sempat menguat pada Januari 2023," beber Machdi.
Nilai impor menurut penggunaan pada Maret 2023 mencapai US$ 20,59 miliar, terdiri atas impor barang konsumsi US$ 1,80 miliar, impor barang modal US$ 3,67 miliar, dan impor bahan baku penolong US$ 15,11 miliar.
Impor barang konsumsi mengalami peningkatan US$ 397,2 juta atau naik 29,12% karena didorong berbagai komoditas antara lain buah-buahan, sayuran, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya. Kemudian impor bahan baku penolong mengalami peningkatan US$ 3,32 miliar atau naik 28,17% karena didorong komoditas bahan bakar mineral, besi dan baja, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.
"Impor barang modal mengalami peningkatan US$ 949,2 juta atau naik 34,35% didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, serta kendaraan udara dan bagiannya," tambah Machdi.
(aid/ara)