China 'Menua', Populasinya Bakal Disalip India!

China 'Menua', Populasinya Bakal Disalip India!

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 19 Apr 2023 14:00 WIB
In this photograph taken on October 29, 2022, tourists visit the Taj Mahal in Agra. - India is projected to see an explosion in its urban population in the coming decades, but its cities already cannot cope and climate change will make living conditions harsher still. - To go with India-Population-Climate-Health, FOCUS (Photo by Pawan SHARMA / AFP) / To go with India-Population-Climate-Health, FOCUS (Photo by PAWAN SHARMA/AFP via Getty Images)
Foto: Pawan Sharma/AFP/Getty Images
Jakarta -

India siap menyalip China sebagai negara terpadat di dunia. PBB memprediksi populasi India akan menyentuh 1,428 miliar pada pertengahan tahun, menggeser populasi China sebesar 1,425 miliar.

Dikutip dari Al Jazeera, Rabu (19/4/2023), India menganggap jumlah tenaga kerja muda di negaranya sebagai dividen demografi. Meskipun tingkat kelahiran India melambat dalam beberapa tahun terakhir, negara ini punya populasi usia kerja yang lebih besar dibanding negara lain. Jumlahnya mencapai 1,1 miliar atau 75% dari total populasi.

Di sisi lain, China mulai 'menua'. Populasi China menurun tahun 2022 untuk pertama kalinya dalam 60 tahun. Setelah ekonominya terus tumbuh rata-rata 10% sejak 1978, ekonomi China kini melemah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gangguan COVID-19 dan meningkatnya ketegangan geopolitik dengan Barat juga membuat industri dan investor berpikir dua kali menanamkan modalnya di China.

Pertanyaannya, bisakah India memanfaatkan populasinya untuk dijadikan keuntungan, atau hal tersebut justru bakal menjadi bumerang? Hal ini bagai pedang bermata dua.

ADVERTISEMENT

Untuk mendapatkan keuntungan dari jumlah populasi, India perlu menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk jutaan orang yang memasuki angkatan kerjanya setiap tahun.

Masalahnya, tantangan tersebut belum berhasil ditaklukan pemerintah. India perlu menarik investasi global dan bergerak cepat sebelum bonus demografinya dapat dengan mudah berubah menjadi mimpi buruk pengangguran.

Mahesh Vyas, kepala eksekutif Pusat Pemantauan Ekonomi India (CMIE), mengatakan, dividen demografi India sudah membantu ekonomi negara sejak 1990-an.

"Pada 1990-an, India cukup berhasil memindahkan orang dari pertanian ke pabrik. Ini adalah perubahan budaya yang disebabkan oleh intervensi kebijakan dan dibantu oleh perubahan demografis," katanya.

Selain tenaga kerja yang besar, populasi muda yang signifikan, secara teori, juga dapat menjadi sumber investasi di masa depan jika berpenghasilan baik dan menabung.

"Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di banyak bagian dunia lainnya, secara historis dan bahkan baru-baru ini, sebagian besar disebabkan oleh bonus demografi," katanya

"Ketika perusahaan global melihat diversifikasi bisnis dan investasi mereka di luar China, India berada pada posisi yang baik untuk mengambil keuntungan," kata Radrickka Kapoor, profesor Penelitian Hubungan Ekonomi Internasional yang berbasis di New Delhi.

Populasi usia kerja yang besar membuat India menarik, tidak hanya dari perspektif pasar tenaga kerja tetapi karena negara tersebut dapat bertindak sebagai pasar besar untuk barang dan jasa. Beberapa tanda daya pikat itu sudah terlihat.

Pabrikan asal Taiwan Foxconn dilaporkan telah memenangkan pesanan untuk membangun pabrik di India untuk memproduksi earphone nirkabel Apple, yang dikenal sebagai AirPods.

Tahun lalu, Foxconn menandatangani perjanjian dengan raksasa pertambangan India Vedanta untuk menginvestasikan US$ 20 miliar dalam mendirikan semikonduktor swasta pertama dan pabrik produksi pajangan di negara bagian Gujarat.

"Pada saat yang sama, banyak investor juga melihat keterampilan dan kurangnya tenaga kerja terampil dapat benar-benar merugikan prospek India," Kapoor memperingatkan.

"Ini telah menjadi masalah warisan kami karena kami secara tradisional kurang berinvestasi dalam sumber daya manusia," sambungnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads