Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid bersama seluruh delegasi melakukan roadshow ke Brunei Darussalam. Roadshow dilakukan dalam rangka mendorong 5 isu prioritas dan 8 legacy project ASEAN-BAC tahun ini.
Selain itu, kunjungan ke Brunei juga dilakukan untuk menyelaraskan dengan visi misi ASEAN-BAC serta Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Kemudian menjalin kerja sama untuk membangun Kalimantan melalui Brunei Borneo Business Conference, serta mengupayakan kerja sama dalam pembangunan berkelanjutan antara Brunei Darussalam dan Indonesia.
Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia ini, berbagai isu prioritas dan program ASEAN-BAC sejalan dengan agenda APEC yang berkomitmen untuk mewujudkan kawasan perekonomian yang inklusif, inovatif, dan mengedepankan konsep berkelanjutan pada negara di kawasan. Oleh karena itu, APEC-BAC dapat bekerja sama dengan ASEAN-BAC untuk mendukung berbagai isu prioritas dan legacy project, terutama dalam pembangunan berkelanjutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangunan berkelanjutan erat kaitannya dengan adanya inisiasi net zero emission dalam berbagai sektor seperti perdagangan dan industri. Melalui ASEAN-BAC tahun ini, kami mendorong agar usaha dekarbonisasi industri segera tercapai," jelas Arsjad dalam keterangan tertulis, Selasa (2/5/2023)
Berbicara mengenai perubahan iklim, lanjut Arsjad, negara-negara di kawasan ASEAN menjadi sangat rentan dan hal ini dapat berdampak pada berbagai sektor, termasuk bisnis dan industri. Data Climate Risk Index pada tahun 2019 menyebutkan bahwa ada tiga negara ASEAN yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, yaitu Myanmar, Filipina dan Thailand. Bahkan, ASEAN juga turut berkontribusi sebesar 8% pada total emisi global.
Terkait hal tersebut, Arsjad juga menyebutkan APEC-BAC dapat turut serta dalam membantu memberikan masukan dan pemahaman dalam menjalankan inisiatif program dari ASEAN-BAC. Sebagai lembaga dengan akses sumber daya dan pembiayaan yang luas, APEC-BAC dapat menjadi mitra strategis untuk memperkuat mitigasi perubahan iklim di kawasan ASEAN.
Dalam konteks global, perubahan iklim menjadi isu yang semakin mendesak dan perlu diatasi secara serius. Oleh karenanya, upaya mitigasi perubahan iklim yang dilakukan oleh ASEAN-BAC dan didukung oleh APEC-BAC menjadi sangat penting untuk mendorong pembangunan berkelanjutan yang lebih baik di kawasan ASEAN serta dunia.
Inisiatif Pembangunan Borneo yang Berkelanjutan melalui Kerja Sama Antar Negara
Delegasi ASEAN-BAC melakukan pertemuan dengan pihak penting lainnya di Brunei Darussalam, termasuk dalam pertemuan untuk membahas proyek kerja sama pembangunan di Borneo yang perlu mengutamakan konsep berkelanjutan.
Menurut Arsjad, kesenjangan konektivitas antar wilayah di Borneo menjadi tantangan yang harus diselesaikan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta didorong untuk membangun pertumbuhan industri dan ekonomi yang berkelanjutan.
Integrasi dengan BIMP-EAGA yang memiliki beberapa proyek pembangunan konektivitas seperti jalan tol Sarawak dan Sabah, perluasan Pelabuhan Internasional Bitung, proyek kota hijau di Kendari, dan inisiatif pembangunan lainnya seperti memulihkan konektivitas udara dan membuka rute laut baru sangatlah penting.
"Isu deforestasi juga perlu diselesaikan dengan mengandalkan konsep hijau dalam pengembangan ekosistem industri energi baru terbarukan. Provinsi di Kalimantan yang menjadi bagian penting dari integrasi Borneo juga memiliki potensi untuk menjadi rantai pasok kendaraan listrik antar negara ASEAN dan dapat terintegrasi untuk ekosistem kendaraan listrik dan baterai," tambah Arsjad.
Simak juga Video: Heru Budi Minta Jalanan Jakarta Dipercantik Jelang KTT ASEAN 2023