Maskapai Go First India Ajukan Kebangkrutan, Mesin Rusak Jadi Alasan

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Rabu, 03 Mei 2023 11:22 WIB
Ilustrasi bangkrut. Foto: Melinda Gimpel/Unsplash
Jakarta -

Salah satu maskapai India, Go First mengajukan kebangkrutan pada Selasa (2/5) kemarin. Mereka menyalahkan mesin milik Pratt & Whitney yang 'rusak' sehingga pihaknya harus mengandalkan hampir setengah armadanya.

Langkah tersebut menandai keruntuhan maskapai besar pertama India sejak Jet Airways mengajukan kebangkrutan pada 2019 lalu. Hal ini juga menunjukkan persaingan sengit di sektor penerbangan India.

Dilansir dari Reuters, Rabu (3/5/2023), per 28 April, total utang Go First kreditor keuangan mencapai 65,21 miliar rupee atau sekitar Rp 11,7 triliun (kurs Rp 180).

Meski demikian, perusahaan tidak menunggak salah satu dari iuran tersebut pada 30 April, tetapi menunggak pembayaran kepada kreditor operasional, termasuk 12,02 miliar rupee kepada vendor dan 26,60 miliar rupee kepada penyewa pesawat.

Dalam sebuah pernyataan, Go First mengatakan pengajuan kebangkrutan ini diikuti oleh penolakan oleh Pratt & Whitney untuk mematuhi perintah arbitrase untuk melepaskan mesin sewaan cadangan yang memungkinkan maskapai kembali beroperasi penuh. Sebagai informasi, Pratt & Whitney adalah pemasok mesin eksklusif untuk armada pesawat Airbus A320neo Go First.

Adapun pesawat yang harus dikandangkan menggelembung dari yang awalnya 7% pada Desember 2019 menjadi 50% pada Desember 2022. Hal tersebut menelan biaya sekitar 108 miliar rupee dalam bentuk kehilangan pendapatan dan biaya tambahan.

Pratt & Whitney mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya berkomitmen untuk kesuksesan pelanggan maskapai nya dan akan terus memprioritaskan jadwal pengiriman untuk semua pelanggan.

"P&W mematuhi putusan arbitrase Maret 2023 terkait Go First. Karena sekarang ini masalah litigasi, kami tidak akan berkomentar lebih lanjut," ujarnya, dikutip dari Reuters, dikutip Rabu (3/5).

Para analis mengatakan, saingan Go First, IndiGo telah melewati dampak dengan lebih baik berkat armadanya yang banyak dan kantong yang 'dalam'.

Go First, yang dimiliki oleh Wadia Group dan dulunya dikenal sebagai GoAir, mengatakan di situs resminya bahwa pihaknya telah membatalkan penerbangan yang dijadwalkan terbang pada 3-5 Mei 2023 karena masalah operasional.

"Gangguan tiba-tiba dalam operasi kemungkinan akan menguntungkan pemain lain dan meningkatkan tarif penerbangan karena kendala pasokan," tulis seorang analis riset Prabhudas Lilladher, Jinesh Joshi.

Runtuhnya maskapai ini dapat mendorong maskapai saingan. Sebab, industri penerbangan kini mencoba memenuhi lonjakan perjalanan udara pascapandemi.

Tonton juga Video: Pabrik Pakaian Puma di RI Bangkrut, PHK Ribuan Pegawai Jelang Lebaran







(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork