Heboh di media sosial sekitar 300 orang mengalami penipuan berkedok lowongan kerja. Para korban membayarkan sejumlah uang kepada seorang gadis berusia 20 tahun, dengan iming-iming bisa menjadi pegawai di PT Niramas Utama (INACO).
Ternyata, bukan sekali dua kali fenomena serupa terjadi menimpa para pencari kerja. Menurut Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit mengatakan, masih ada saja oknum yang memanfaatkan celah antara kebutuhan dan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Menurutnya, kondisi ini disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang over supply alias melebihi ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada. Akibat ketidakseimbangan itu, kasus serupa kerap terjadi di lapangan.
"Intinya kalau ada ketidakseimbangan supply dan demand, selalu muncul hal seperti ini. Jadi yang butuh banyak, yang tersedia dikit. Gampang diiming-imingi," katanya, saat dihubungi detikcom, Jumat (5/5/2023).
Selain itu, menurutnya permasalahan ini juga muncul lantaran Indonesia yang belum memiliki sistem ketenagakerjaan yang baik, seperti bursa kerja yang ada di Jepang. Kemudian, tenaga kerja di Indonesia juga masih banyak yang kurang terampil. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah dalam menggenjot pendidikan vokasi maupun SMK sangat diperlukan.
"Nanti jadi lewat vokasi atau SMK semua. Sehingga, setelah masuk sistem vokasi, dia bisa diterima di pabrik bersangkutan atau kalaupun tidak diterima di sana, bisa cari kerja di pabrik lainnya. Jadi terhindar dari calo," ujarnya.
Menurutnya, kedua sistem ini akan mempermudah para pencari kerja dipertemukan dengan para perusahaan yang membuka lowongan secara legal. Di sisi lain, ia menekankan para pengusaha telah berupaya mempersempit peluang tersebut lewat sistem rekrutmen yang tidak asal-asalan. Hanya saja, tanpa pengetatan kebijakan dari pemerintah, upaya tersebut tidak dapat berjalan optimal.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(dna/dna)