Warganet sempat dibuat geger dengan video yang menampilkan sekitar ratusan kilogram cabai rawit hijau berserakan di selokan. Diduga cabai-cabai tersebut dibuang lantaran harga cabai anjlok hingga tak laku dijual.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid mengungkapkan, saat ini harga cabai memang sedang mengalami penurunan akibat dari over supply. Dirinya mengakui, kejadian petani buang hasil panen cabai ini kerap terjadi di sejumlah daerah.
"Iya sudah sering terjadi. Tapi membuang itu bukan tradisi kita, yang buang hanya beberapa (petani). Kita selalu menyampaikan, tetaplah dipanen, dibagikan secara baik-baik," kata Abdul, kepada detikcom, Senin (8/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdul mengatakan, sejumlah petani mengambil langkah ini demi mengurangi suplai, dengan harapan harga cabai akan kembali naik. Namun mayoritasnya, kondisi ini dilakukan sebagai bentuk frustasi petani akibat kondisi sulit yang dialaminya.
"Kemungkinan juga memang rusak itu barangnya. Ya mungkin karena memang murah. Itu hal biasa, namanya orang frustasi. Biasanya yang melakukan hanya beberapa petani dan hanya beberapa kuintal, tidak sampai ratusan kilogram," ujarnya.
Adapun saat ini harga cabai rawit di hampir semua wilayah di Indonesia tengah mengalami penurunan. Abdul mengatakan, kondisi memprihatinkan pun terjadi kepada petani cabai di sejumlah daerah, salah satunya di Tuban.
"Cabai rawit itu di Blitar, Kediri, Tuban. Ada beberapa di Mojokerto sampai ke utara. Sedih kalau saya sampaikan, di tuban cabai rawit putih (untuk industri) paling Rp 3-4 ribu, dari harga di belasan ribu. Karena di bulan ramadhan itu mereka baru panen," kata Abdul.
"Lampung juga, udah mati gaya semua. Distribusi larinya ke Sumatera atas. Ini mulai rendah serapannya, sedikit. Dia mulai cari celah di Jakarta. Kalau dari Jawa saja sudah begitu (kurang terserap), tambah Lampung lagi jadi jeblok semua nanti harga cabai," tambahnya.
Sementara itu, biaya produksi juga kerap menjadi masalah tambahan yang membuat kerugian petani semakin besar. Abdul mengatakan, rata-rata biaya produksi petani cabai berada di kisaran Rp 18-22 ribu per kg. Di sisi lain, banyak petani yang tidak menjalankan produksi secara efisien sehingga biayanya bisa jadi lebih mahal.
Meski kondisi pasar masih lesu, Abdul meyakini bahwa harga cabai akan segera kembali normal. Adapun di sejumlah daerah nampak panen mulai berkurang. Harga cabai pun telah berangsur meningkat di sejumlah tempat.
"Harusnya dalam beberapa hari ke depan harga akan kembali bagus lagi," ujarnya.
Sebagai tambahan informasi, melansir situs Pusat Informasi Harga Pangan (PIHPS) Strategis Nasional kawasan, per hari ini rata-rata harga cabai secara nasional mencapai Rp 34.650 per kg, turun 2,81% atau sekitar Rp 1.000 dari tanggal 5 Mei kemarin.
Berdasarkan situs tersebut, nampak sejumlah daerah mencatatkan harga cabai rawit hijau dengan harga sangat murah. Salah satunya ialah Boyolali, di mana harga jual rata-rata cabai rawit merahnya Rp 12.500 per kg. Harga tersebut stabil sejak awal bulan Mei.
Tak hanya di Pulau Jawa, di Pulau Sumatera, khususnya Provinsi Sumatera Utara harga cabai rawit hijau juga terbilang lebih murah dibandingkan dengan daerah lainnya. Salah satunya di Kota Medan, hari ini rata-rata harga cabai mencapai Rp 17.000 per kg. Angka ini turun cukup banyak dari harganya di tanggal 2 Mei Rp 18.200.
(dna/dna)