Nasib Ngenes Perempuan Inggris Gara-gara Krisis

Nasib Ngenes Perempuan Inggris Gara-gara Krisis

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 24 Mei 2023 06:50 WIB
A homeless man sleeps in his sleeping bag on The Strand in central London on October 1, 2022, as campaigners gather in the city to protest against the cost of living crisis. (Photo by JUSTIN TALLIS / AFP) (Photo by JUSTIN TALLIS/AFP via Getty Images)
Gelandangan di Inggris Makin Bertebaran Gara-gara Krisis/Foto: Justin Tallis/AFP/Getty Images
Jakarta -

Inggris tengah mengalami krisis ekonomi. Mirisnya kondisi tersebut membuat warganya melakukan berbagai cara untuk bertahan hidup.

Diketahui banyak perempuan yang menjadi penjaja seks untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar tempat tinggal. Hal itu menjadi masalah besar di negara tersebut.

"Biaya hidup mengalami kenaikan. Kaum perempuan di Inggris juga menghadapi masalah dan menjadi penjaja seks untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka," kata Badan Amal Beyond the Streets dikutip dari The Guardian, Selasa (23/5/2023) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para perempuan yang menjaja seks ini juga kerap kali memberikan potongan harga atau gratis biaya akomodasi penginapan. Hal ini dilakukan untuk mendapat imbalan.

"Krisis dan tingginya biaya hidup menjadi pendorong (seks untuk bertahan hidup), mereka juga saat ini menghadapi eksploitasi yang cukup besar," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Tak cuma menjajakan seks, sebagian perempuan juga rela bertahan hidup di hubungan yang penuh kekerasan di tengah krisis Inggris.

Namun perempuan yang terpaksa menjaja seks juga sering kali disalahgunakan oleh sebagian oknum nakal. Masalah ini pun telah mendapatkan perhatian dari pemerintah Inggris.

Sekretaris Dalam Negeri, Suella Braverman sedang mempertimbangkan undang-undang baru untuk melindungi orang yang rentan eksploitasi seks. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Inggris menyebut menjajakan seks di Inggris sudah masuk ranah ilegal berdasarkan UU Pelanggaran Seksual.

Terkait pertumbuhan ekonomi Inggris memang tercatat kecil, hanya 0,1% selama kuartal I atau tiga bulan pertama di 2023. Begara berikon Big Ben ini harus menghadapi kenyataan pahit, di mana ekonominya tiba-tiba menyusut tajam 0,3% pada bulan Maret.

Dikutip dari Reuters, pertumbuhan ini terjadi tatkala Inggris masih dilanda inflasi tinggi hingga dua digit. Meski pertumbuhan kuartal I tersebut sesuai dengan yang diprediksi, namun kontraksi ini menunjukkan betapa rapuhnya perkembangan ekonomi di negara itu.

Lihat juga Video: Inggris Tertarik Garap Proyek LRT di Bali, Koster: Pelaksanaan Energi Bersih

[Gambas:Video 20detik]




(ada/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads