Peraturan Pemerintah mengenai Penangkapan Ikan Terukur nomor 11 tahun 2023 telah telah terbit bulan lalu. Melalui kebijakan tersebut, ada beberapa hal yang akan memastikan nelayan dan pengusaha akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar ke depannya.
Menurut Guru Besar Departemen Manajemen Sumber Daya Akuatik Universitas Diponegoro, Suradi, peningkatan kesejahteraan nelayan dan penerimaan negara merupakan hal penting dari hadirnya aturan baru penangkapan ikan terukur (PIT). Hal itu bisa terjadi, jika ada keberlanjutan sumber daya ikan, habitat, dan kolaborasi pemerintah dan pengusaha.
"Cita-cita dari kebijakan ini memang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan, KKP dalam hal ini pemerintah harus mempertimbangkan itu," katanya dalam diskusi bincang Bahari beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia meyakini kebijakan penangkapan ikan terukur melalui kuota dan zonasi nantinya akan memberikan keuntungan bagi nelayan dan pengusaha. Untuk kuota sendiri, ia menyebut perhitungannya bukan jumlah ikan yang didapat tetapi total volume dari ikan.
Semakin tinggi volume ikan yang ditangkap, maka semakin besar keuntungan yang didapat nelayan. Pasalnya ketika volume yang diperoleh besar, tetapi jumlah ikannya tak terlalu banyak. Keuntungan didapat karena semakin besar volume ikan akan lebih mahal.
"Peningkatan produksi lebih besar kita itu tidak melihat ukuran ikan tertangkap, sedangkan volume itu sangat bergantung pada jumlah ukuran ikan tertangkap. Misalnya 1 kg udang berisi 100 udang harganya hanya Rp 40.000. Kalau saja kita bisa membiarkan beberapa saat, jangan menangkap ikan saat masih kecil. Kemudian ditangkap saat size 50, itu kan harganya bisa lebih tinggi. Volumenya berlipat. Ini makanya perlu menelaah musim dan ukuran ikan yang ditangkap," jelasnya.
Ia mencontohkan hitung-hitungan penangkapan ikan terukur dan berdampak baik kepada nelayan. Dalam penelitian Suradi, ia menghitung udang putih yang jika ditunggu sampai ukuran besar maka akan berharga mahal satu ekornya.
"Dalam penelitian saya, dalam 1 juta telur yang akan hidup hanya 744 ekor. Namun yang masih hidup sampai akhir jangan ambil semuanya, kita ambil 50%. Sebanyak 50% saja itu 377 kita tunggu sampai size 50 kan harganya bisa kurang dari Rp 100.000 per ekor udang. Bayangkan kalau itu terhadap sumber daya ikan lainnya, loster, ikan rajungan," tuturnya.
Dengan mengetahui musim saat ikan menelur dan bertumbuh, juga akan memberikan keuntungan besar nelayan. Produksi dan keberlangsungan dari nelayan juga akan habis.
"Udang putih dari 1 kg udang kecil bisa berubah produksinya 4 kali, pendapatannya naik 9,4 kali lipat. Udang jerbung produksi meningkat 2,85 kali, pendapatannya 7,6 lipat," tuturnya.
Goal dari kebijakan kuota di penangkapan ikan terukur untuk meningkatkan kuota penangkapan ikan sebagaimana tergantung dari ukuran atau volume ikan yang ditangkap.
"Jadi (nelayan) tidak perlu setiap hari berangkat, karena keuntungannya bisa berlipat, misalnya kapan berangkat kapan tidak musimnya kita close dan melakukan usaha lain, Tetapi tanpa mengurangi total pendapatan selama setahun," tambahnya.
Selain itu, dengan penangkapan ikan terukur mutu dari ikan harus semakin menjadi perhatian. "Karena dengan semakin meningkatnya mutu ikan hasil tangkapan, makin baik juga nilai jual sehingga keuntungan yang didapat jadi makin optimal," tutupnya.
Saksikan Live DetikPagi:
(ada/dna)