RI Bayar Utang Tak Sampai Rp 1.000 T/Tahun Seperti Kata JK, Ini Data Kemenkeu

RI Bayar Utang Tak Sampai Rp 1.000 T/Tahun Seperti Kata JK, Ini Data Kemenkeu

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 05 Jun 2023 07:00 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto

Utang dalam Batas Aman

Lebih lanjut, Yustinus Prastowo membeberkan rasio utang terhadap PDB juga masih di bawah batas aman. Artinya, utang pemerintah masih berada di batas yang wajar dan mampu dibayarkan. Dia menyatakan per April 2023 rasio utang sempat turun menjadi 39,17% dari 39,57% pada Desember 2022.

"Kebijakan countercyclical penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi membuat rasio utang meningkat, di 2020 sebesar 39,4% dari PDB dan 2021 sebesar 40,7% dari PDB. Kemampuan recovery yang baik membuat ekonomi Indonesia mampu bangkit, sekaligus menurunkan debt ratio," papar Yustinus.

Lebih lanjut Yustinus mengatakan kenaikan PDB Indonesia yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi tumbuh sangat besar, jauh lebih besar daripada pertumbuhan utang. Padahal, mayoritas negara lain mengalami kenaikan utang yang lebih tinggi daripada pertumbuhan PDB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari data yang dia paparkan pertumbuhan PDB di Indonesia naik sebesar US$ 276,1 miliar pada tahun 2018-2022 dan pada waktu yang sama pertumbuhan utang hanya mencapai US$ 206,5 miliar.

Amerika yang dikenal sebagai negara adidaya, pertumbuhan ekonominya lebih rendah daripada pertumbuhan utang. Di waktu yang sama PDB AS tercatat sebesar US$ 4,9 triliun, sementara pertumbuhan utang mencapai US$ 8,9 triliun.

ADVERTISEMENT

Nasib China pun sama seperti AS, PDB-nya tercatat US$ 4,25 triliun, sementara itu pertumbuhan utangnya jauh lebih besar mencapai US$ 6,1 triliun.

"Kita patuh pada fiscal rule. Konsekuensinya, kenaikan PDB Indonesia lebih besar daripada utang, di saat mayoritas negara ASEAN dan G20 mengalami kenaikan utang yang lebih tinggi daripada PDB," beber Yustinus.

Yustinus menegaskan Indonesia dijamin mampu membayar utang yang ada karena indikator risiko utang menurun. Pertama, ada penurunan debt service ratio/DSR dari 2020 sebesar 47,3% menjadi 34,4% pada tahun 2022.

"Ini menurun lagi per April 2023 menjadi 28,4%. DSR adalah rasio pembayaran pokok dan bunga utang dengan pendapatan," beber Yustinus.

Selain DSR, indikator interest ratio atau rasio pembayaran bunga utang terhadap pendapatan juga menurun, dari 19,3% pada 2020 menjadi 14,7% pada 2022, kemudian indikator ini turun ke level 13,95% per April 2023.

"Penurunan DSR dan IR ini menunjukkan bahwa kemampuan APBN dalam membayar biaya utang baik pokok dan bunga semakin menguat," kata Yustinus.


(hal/ara)

Hide Ads