Kementerian BUMN mengungkapkan progres terkini negosiasi utang dengan pihak China untuk menambal bengkak biaya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan China menawarkan penarikan utang dengan mata uang Renminbi.
Pria yang akrab disapa Tiko itu mengatakan China sedang melakukan dedolarisasi besar-besaran, makanya utang untuk kereta cepat ditawarkan menggunakan mata uangnya sendiri bukan dalam bentuk Dolar AS.
"Kita masih nego lagi. Karena pihak China mau porsinya besar di Renminbi. Memang dedolarisasi sedang besar semangatnya kan," ungkap Tiko ditemui di Gedung DPR Jakarta, Senin (5/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi permintaan itu, Tiko mengatakan Indonesia sebetulnya tidak masalah bila utang kereta cepat menggunakan Renminbi. Asalkan Indonesia bisa mendapatkan bunga yang lebih murah daripada utang dengan nominal Dolar AS.
"Kalau mau Renminbi besar boleh aja, asal bunganya lebih murah," tegas Tiko.
Tiko mengungkapkan pemerintah Indonesia meminta agar bunga utang menjadi jauh lebih murah, kalau bisa di bawah 3% jika ingin menggunakan Renminbi.
Dalam catatan detikcom, sebelumnya bunga utang kereta cepat ditawarkan 4%. Namun, setelah Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melakukan negosiasi langsung ke China bunga menjadi turun ke angka 3,4%. Targetnya, sendiri Indonesia ingin agar bunga utang di level 2%.
"Kemarin saya minta kalau Renminbi di bawah 3%. Kalau Renminbi besar harusnya bisa lebih murah, kita tawar boleh nggak 3%," ungkap Tiko.
Bila ditotal-total pembengkakan biaya kereta cepat sendiri jumlahnya disepakati US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17,7 triliun. Jumlah itu, sebagian dipenuhi dengan pinjaman ke Chinese Development Bank (CDB), sisanya dipenuhi dari penyetoran modal tambahan ke PT KCIC selaku penanggung jawab proyek, yang salah satunya dipenuhi dengan suntikan PMN.
Total pinjaman yang akan dilakukan ke CDB sendiri sebesar US$ 560 juta atau Rp 8,2 triliun. Pinjaman ini akan diberikan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebagai pimpinan konsorsium Indonesia di PT KCIC.
(hal/eds)