PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) menargetkan program kemitraan petani melalui Farmer Engagement Program (FEP) tahun depan meningkat menjadi 20 ribu hektare (ha). Luasan tersebut menyusul target tahun ini yang diprediksi akan melampaui target yang sudah ditentukan, yaitu 10 ribu ha.
Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto menjelaskan target tersebut ditetapkan seiring meningkatnya antusias petani yang ingin mengikuti program FEP. Adapun untuk wilayah Sumatera Selatan, targetnya mencapai 2.000-3.000 ha dari total target yang sudah ditetapkan.
"Targetnya (tahun ini) 10 ribu ha. Nyatanya memang berkembang terus dan juga kecenderungan petani makin banyak ingin bergabung dengan FEP," ujar Saronto usai meninjau sawah petani yang ikut program FEP di Muara Telang, Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis (15/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya start (target) 40 ha, kemudian 200 ha, terus naik 3.000 ha, terakhir sampai 10 ribu ha. Sudah terealisasi target tahun ini 10 ribu ha sampai MT II. Tapi masih ada satu lagi musim tanam, jadi bisa nambah lagi 2.000 ha, (sehingga) bisa (sampai) 12 ribu ha sampai akhir tahun. Untuk tahun depan target 20 ribu ha," ujarnya.
Pada program ini, petani diberikan sarana dan produksi (saprodi), seperti pupuk dan benih, saat hendak menanam. Selain itu, petani juga diberikan pendampingan tim agronomis dari Wilmar Padi, mulai dari masa sebelum penanaman hingga panen. Hasil gabah panen tersebut kemudian diserap oleh pabrik penggilingan Wilmar Padi.
Lebih lanjut Suronto menjelaskan bahwa FEP merupakan program yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan tersebut yaitu dengan meningkatkan produktivitas petani dengan menargetkan hasil panen bisa sampai 10 ton per 1 ha lahan sawah.
"Kedua, harga gabah. Selama masih memberi harga yang fair. (petani) akan lebih baik. Karena kita nggak mau petani beralih dari tanaman padi ke tanaman lain. Katanya sebagian dulu di sini ada (petani) sawit, beralih lagi ke padi. Katanya padi harga lebih bagus, hasil lebih bagus. Berarti swasembada pangan bisa terus berlanjut," jelas Saronto.
![]() |
Ketiga, lanjut Saronto, kerja sama petani dilakukan untuk jangka panjang. Apalagi dengan semakin banyaknya pabrik yang akan beroperasi di wilayah dekat dengan petani, seperti pabrik penggilingan padi di Mariana, Palembang yang akan segera beroperasi pada bulan depan.
"Kapasitas (pabrik bisa mengolah) 1.000 ton. Tetapi mungkin rerata operasi berjalan saat ini 800 ton per hari. Untuk mencukupi itu, dari Banyuasin masih kurang, makanya kita cari dari kabupaten lain di Sumsel seperti OKU timur," ujarnya.
Adapun di wilayah Sumatera Selatan, Wilmar Padi Indonesia telah bekerja sama dengan beberapa petani yang ada di tiga kabupaten, yaitu Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan Ogan Komering Ilir (OKI).
Baca juga: Jurus Wilmar Selamatkan Petani |
Sementara itu, perwakilan Kecamatan Muara Telang, I Made berharap program kemitraan ini ada tindak lanjut yang lebih signifikan ke depannya. Sehingga petani yang ada di Kecamatan Muara Telang bisa lebih mandiri dan sejahtera.
"Karena sarana prasarana sungguh sangat kurang mendukung pada kondisi sekarang ini. Juga mungkin karena keterbatasan pupuk, dan juga petani kita sudah mulai IP300 sehingga mudah-mudahan melalui Wilmar Padi Indonesia melalui kemitraan ini ini bisa memperhatikan hal-hal yang menjadi kebutuhan petani-petani yang ada di Kecamatan Muara Telang," ujarnya.
(ncm/ega)