Petani di Sumatera Selatan merasakan peningkatan produktivitas usai mengikuti program kemitraan Farmer Engagement Program (FEP) PT Wilmar Padi Indonesia (WPI). Hal ini juga yang membuat banyak petani yang akhirnya tertarik untuk mengikuti program tersebut.
Nastain, Koodinator Mitra Tani Desa Mukti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, menjelaskan ada peningkatan hasil panen usai mengikuti FEP. Ia yang tadinya menghasilkan 60-65 karung gabah kering panen (GKP) per hektare (ha), kini bisa mencapai hingga 84 karung GKP.
"Kebantu Wilmar dapat 84 (karung) per ha, bisa juga dapat 85 karung per ha. Sebelumnya dapat 64 karung. Per karung bisa 70-74 kg. Di (kelompok kami) ada 29 petani (yang ikut FEP dan menggarap) ada 42 ha," ujar Nastain kepada detikcom, Kamis (15/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan hasil panen itu, kata Nastain, karena adanya bantuan sarana produksi (saprodi) berupa benih dan pupuk hingga adanya pendampingan dari tim agronomis Wilmar Padi. Menurutnya, pemberian saprodi bisa menjadi solusi untuk petani Desa Mukti Jaya yang selama ini sering mendapatkan pinjaman saat hendak menggarap lahan, tapi dengan bunga yang besar hingga 30%.
Selain itu, Wilmar Padi memberi harga yang lebih baik dalam menyerap GKP dari petani. Ia mencontohkan GKP petani Desa Mukti Jaya sebelumnya dihargai Rp 4.000 per kg, tapi kini bisa menembus Rp 5.000.
"Rp 5.200 (harga GKP per kg) baru tahun ini. Sebelumnya Rp 4.000. Kalau kata petani di sini, nggak pecah dari Rp 4.000 itu sudah alhamdulillah. Nyatanya bisa tembus Rp 5.000-an, ini bisa lebih," ujar Nastain.
![]() |
Menurut Suryono, salah satu petani dari Desa Mukti Jaya, menyebut banyak mendapatkan ilmu baru dalam menggarap sawahnya agar lebih produktif berkat pendampingan tim agronomis Wilmar Padi. Selain lebih produktif, kualitas hasil panen juga meningkat karena adanya pupuk dan benih yang diberikan.
"Bibit dan obat-obatan itu sangat terbantu. Selama ini di wilayah kami ini (pakai sistem) tabela, ini sudah merencanakan tanam benih langsung (sesuai arahan tim agronomis). Lebih efektif, lebih ringan biaya. Produktivitas juga meningkat, terbukti di tempat Pak Senor, dari segi hama terkendali, dari hasil juga meningkat," jelas Suryono.
Hal serupa juga dirasakan oleh Supangat, Ketua Gapoktan Eka Sari Desa Ringin Sari Belitang Tiga, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, provinsi Sumsel. Ia menyebut harga gabah di tingkat petani saat ini sekarang semakin kompetitif. Ditambah kualitas padi yang dihasilkan semakin baik.
"Adanya WPI sangat membantu petani karena harga gabah langsung merangkak naik. Harga gabah petani dibeli oleh Wilmar sebesar Rp 6.
000 per kg. Tim WPI memberikan edukasi bahwa padi yang belum memasuki musim panen tidak boleh ditebang," ujar Supangat.
Sebagai informasi, pada program FEP, petani diberikan sarana dan produksi, seperti pupuk dan benih, saat hendak menanam. Selain itu, petani juga diberikan pendampingan tim agronomis dari Wilmar Padi mulai dari masa sebelum penanaman hingga panen. Hasil gabah panen tersebut kemudian diserap oleh pabrik penggilingan Wilmar Padi.
Di wilayah Sumatera Selatan, Wilmar Padi telah bekerja sama dengan beberapa petani yang ada di tiga kabupaten, yaitu Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan Ogan Komering Ilir (OKI). Wilmar Padi juga memiliki pabrik penggilingan padi di Mariana, Palembang yang akan segera beroperasi pada bulan depan.
Simak juga Video: Cerita Jubir Ada Rombongan Petani Beri Uang Puluhan Juta ke Anies