Strategi Wilmar Padi Bantu Produktivitas Petani Sumsel

Nurcholis Maarif - detikFinance
Kamis, 15 Jun 2023 14:29 WIB
Foto: Nurcholis Ma'arif/detikcom
Palembang - PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) melakukan ekspansi bisnis ke Sumatera Selatan. Selain mendirikan pabrik penggilingan padi di Mariana, Banyuasin, Palembang, yang akan beroperasi bulan depan, Wilmar Padi juga menggalakkan program kemitraan Farmer Engagement Program (FEP) dengan para petani di Sumatera Selatan (Sumsel).

Saat ini, Wilmar Padi telah bekerja sama dengan beberapa petani di tiga kabupaten, yaitu Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan Ogan Komering Ilir (OKI). Adapun program FEP dengan para petani tersebut sudah berjalan selama dua kali musim tanam.

Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto menjelaskan pabrik di Sumsel merupakan pabrik penggilingan padi keempat milik Wilmar Padi. Saat ini, Wilmar telah memiliki tiga pabrik yang sudah berjalan, yaitu di Ngawi, Mojokerto, dan Serang.

"Rencana pabrik di Palembang, di Mariana ini (karena) potensi gabah sangat besar dan selama ini dijual ke luar provinsi. Namun, hasil panen petani dibeli dengan harga terlalu murah," ujar Saronto usai meninjau lahan sawah petani yang ikut program FEP di Muara Telang, Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis (15/6/2023).

"Kapasitas (pabrik bisa mengolah) 1.000 ton. Tetapi mungkin rerata operasi berjalan saat ini 800 ton per hari. Untuk mencukupi itu, (gabah) dari Banyuasin masih kurang, makanya kita cari dari kabupaten lain di Sumsel seperti OKU timur," ujarnya.

FEP Tingkatkan Produktivitas Petani

Lebih lanjut, Saronto menjelaskan petani yang tergabung dalam FEP turut mendapatkan sejumlah fasilitas, seperti pinjaman modal untuk sarana dan prasarana produksi pertanian. Hal ini mencakup benih, pupuk, dan pestisida. Petani baru membayarkan biayanya setelah panen melalui gabah yang diserap Wilmar Padi.

Wilmar Padi juga menggandeng Asuransi Central Asia (ACA) untuk memberikan perlindungan ekstra bagi petani jika terjadi gagal panen akibat hama penyakit atau bencana alam. Selain itu, Wilmar Padi menerjunkan tim agronomis untuk melakukan pendampingan petani dari mulai penanaman hingga pascapanen.

Menurut Suronto, terdapat kenaikan produktivitas hasil panen dari para petani yang sudah tergabung dalam program FEP, bahkan ada yang mencapai 30%. Menurutnya, Wilmar Padi memiliki mimpi hasil panen petani bisa sampai 10 ton per hektare (ha).

"Ada yang sampai 30% peningkatannya. Tapi rata-rata (peningkatan hasil panen) 15% untuk seluruh wilayah (Wilmar Padi beroperasi)," ujarnya.

Sementara itu, Head of Farmer Engagement WPI, Andi Bachtiar menyebut rata-rata petani yang mengikuti FEP mengalami kenaikan hasil panen rata-rata di atas 1 ton per ha. Pihaknya memiliki dua cara dalam membantu kesejahteraan petani, yaitu dengan membantu produktivitas dan meningkatkan kualitas.

"Pertama, meningkatkan produktivitas, sebab otomatis income petani akan meningkat. Ada 3 komitmen (dalam membantu produktivitas), efisiensi dari sarana dan produksi petani, kita kontrol, kita bantu mapping. Historical tanam di musim sebelumnya, kita cek. Lalu pendampingan, mulai dari fase vegetatif hingga generatif," ujarnya.

"Terakhir peningkatan kualitas. Alhamdulilah dengan berbagai pilot project petani kita yang spreading itu berhasil meningkatkan hasil panen petani," jelas Andi.

Adapun hasil gabah petani tersebut kemudian diolah Wilmar Padi menjadi merek beras premium dan didistribusikan ke kota-kota sekitarnya, seperti DKI Jakarta, Lampung, dan Jawa Barat. Merek beras premium yang diproduksi Wilmar Padi di antaranya Sania, Fortune, Sip, Sofia, Sawah Hijau, dan Sawah Jingga.


(ncm/akd)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork