Eks Tukang Parkir Kantongi Rp 600 Juta dari 'Sulap' Limbah Kayu, Ini Kisahnya

Saatnya Jadi Bos

Eks Tukang Parkir Kantongi Rp 600 Juta dari 'Sulap' Limbah Kayu, Ini Kisahnya

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 22 Jun 2023 10:52 WIB
Eks Tukang Parkir Kantongi Rp 600 Juta dari β€˜Sulap’ Limbah Kayu
Eks Tukang Parkir Kantongi Rp 600 Juta dari 'Sulap' Limbah Kayu, Ini Kisahnya/Foto: Dok. Istimewa
Jakarta -

Tidak semua orang melirik limbah kayu sebagai peluang usaha. Namun bagi Agung Setiawan, Founder dan CEO Woodeco Indonesia, ia berhasil menyulap limbah kayu menjadi berbagai produk bernilai tinggi.

Lewat Woodeco, Agung fokus menjual barang-barang hasil olahan limbah kayu industri furnitur. Produknya mencakup wall panel atau panel dinding, set peralatan makan kayu, kotak perhiasan kayu, wood pellet, dan lainnya.

Produk Woodeco kini sudah terbang ke sejumlah negara di lima benua, dengan omzet per tahun bisa mencapai Rp 600 juta. Padahal, Agung bercerita jika dulunya ia hanyalah juru parkir berpendapatan Rp 30 ribu per hari di Pasar Klitikan Niten, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku pernah bisnis juga, ada properti, ada baju, macam-macam. Ada produk kayu juga, tapi saya bangkrut. Akhirnya punya utang banyak dan nggak punya apa-apa, miskin. Terus tahun 2009 sampai 2017 itu saja jadi tukang parkir di Pasar Niten, pasar barang-barang bekas," katanya kepada detikcom, dikutip Kamis (22/6/2023).

"Aku ngurusin parkir di situ delapan tahun, tidak pernah berpikir juga bisa jadi bisnis eksportir," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Ide memulai bisnis olahan kayu muncul saat Agung bertemu wisatawan asal Belanda. Awalnya Agung membantu wisatawan tersebut membetulkan sepedanya yang rusak. Wisatawan itu lalu mengetahui jika Agung juga menjual kayu bakar.

"Aku jualan kayu bakar juga, kayu yang buat masak-masak di desa itu. Bule itu tertarik dengan satu tumpukan kayu bakar, waktu itu limbah kayu jati. 'Di negaraku bahan baku ini bisa menjadi home decor', dia bilang begitu," tutur Agung.

Eks Tukang Parkir Kantongi Rp 600 Juta dari 'Sulap' Limbah KayuEks Tukang Parkir Kantongi Rp 600 Juta dari 'Sulap' Limbah Kayu Foto: Dok. Istimewa

Singkat cerita, Agung lalu mulai membuat produk olahan kayu wall panel namun rugi Rp 7 juta. Agung mengaku belajar dari hal itu dan terus memperbaiki produknya.

Ia mendirikan CV Woodeco Indonesia pada 2 Mei 2017. Ia aktif bergabung dengan komunitas, melakukan pelatihan, sekolah ekspor, hingga mengikuti pameran demi menjalin relasi. Ekspor perdana Woodeco dilakukan akhir 2019 ke Jepang.

"2019 akhir bisa ekspor perdana ke Jepang, 2020 awal lah, ngirimnya lewat Kantor Pos. Empat perhiasan 30 pieces, pertama kali. Satunya US$ 10, kali 30 ya jadi US$ 300. Dari Pameran tahun 2019 saya juga dapat buyer dari Belanda, Jerman, Amerika, banyak lah," imbuhnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Tonton juga Video: Siswa SMP di Palopo Olah Sampah Jadi Busana untuk Fashion Show

[Gambas:Video 20detik]




Bisnis Agung terus berkembang dan produk Woodeco terus menyebar ke berbagai negara. Ia mengatakan, Woodeco memang fokus menjual parang ke pasar luar negeri. Sekitar 90% produknya diekspor, sementara 10% mengisi pasar dalam negeri.

Ia mengaku modal awal memulai bisnis ini hanya Rp 7 juta untuk membuat CV, membeli mesin, mengurus dokumentasi, dan lainnya. Ia menyebut produk olahan kayu sangat diminati baik di dalam maupun luar negeri.

"Kita di sini masuknya ke restoran-restoran, resort, hotel, itu kalau yang lokal. Kalau luar negeri malah lebih gede. Saya awal berdiri memang targetnya 100% ekspor," katanya.

Kisaran harga produk Woodeco cukup variatif. Wall panel dijual Rp 350-700 ribu per meter. Bambu panel dijual Rp 100-200 ribu per meter, kotak perhiasan Rp 100 ribu, peralatan makan mulai dari Rp 15 ribu, wood pellet untuk pembakaran Rp 5 ribu per kilo, dan lainnya. Produknya bisa dibeli lewat website, Instagram, hingga marketplace.

Eks Tukang Parkir Kantongi Rp 600 Juta dari 'Sulap' Limbah KayuEks Tukang Parkir Kantongi Rp 600 Juta dari 'Sulap' Limbah Kayu Foto: Dok. Istimewa

Kepada detikcom, Agung berbagi tips bagaimana cara menjadi pengusaha, khususnya berhasil merambah pasar ekspor. Selain membulatkan niat dan tekad, hal penting yang harus disiapkan adalah produk spesialis.

Penting juga mengurus perizinan, badan usaha, sertifikasi, hingga memperluas relasi. Relasi yang kuat memberikan banyak ruang informasi yang bermanfaat.

"Kalau mau ekspor modal pertama adalah produk spesialis dulu. Kedua harus ada perizinan, badan usaha, sertifikasi. Lalu menjalin komunikasi dan membina hubungan baik dengan supplier, tim kerja, dan buyer," ujarnya.

Produk Woodeco berhasil menyabet sejumlah penghargaan dan juara, salah satunya dalam Pertapreneur Aggregator. Woodeco diketahui menjadi salah satu UMKM binaan Pertamina.


Hide Ads