Tidak semua orang melirik limbah kayu sebagai peluang usaha. Namun bagi Agung Setiawan, Founder dan CEO Woodeco Indonesia, ia berhasil menyulap limbah kayu menjadi berbagai produk bernilai tinggi.
Lewat Woodeco, Agung fokus menjual barang-barang hasil olahan limbah kayu industri furnitur. Produknya mencakup wall panel atau panel dinding, set peralatan makan kayu, kotak perhiasan kayu, wood pellet, dan lainnya.
Produk Woodeco kini sudah terbang ke sejumlah negara di lima benua, dengan omzet per tahun bisa mencapai Rp 600 juta. Padahal, Agung bercerita jika dulunya ia hanyalah juru parkir berpendapatan Rp 30 ribu per hari di Pasar Klitikan Niten, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku pernah bisnis juga, ada properti, ada baju, macam-macam. Ada produk kayu juga, tapi saya bangkrut. Akhirnya punya utang banyak dan nggak punya apa-apa, miskin. Terus tahun 2009 sampai 2017 itu saja jadi tukang parkir di Pasar Niten, pasar barang-barang bekas," katanya kepada detikcom, dikutip Kamis (22/6/2023).
"Aku ngurusin parkir di situ delapan tahun, tidak pernah berpikir juga bisa jadi bisnis eksportir," lanjutnya.
Ide memulai bisnis olahan kayu muncul saat Agung bertemu wisatawan asal Belanda. Awalnya Agung membantu wisatawan tersebut membetulkan sepedanya yang rusak. Wisatawan itu lalu mengetahui jika Agung juga menjual kayu bakar.
"Aku jualan kayu bakar juga, kayu yang buat masak-masak di desa itu. Bule itu tertarik dengan satu tumpukan kayu bakar, waktu itu limbah kayu jati. 'Di negaraku bahan baku ini bisa menjadi home decor', dia bilang begitu," tutur Agung.
![]() |
Singkat cerita, Agung lalu mulai membuat produk olahan kayu wall panel namun rugi Rp 7 juta. Agung mengaku belajar dari hal itu dan terus memperbaiki produknya.
Ia mendirikan CV Woodeco Indonesia pada 2 Mei 2017. Ia aktif bergabung dengan komunitas, melakukan pelatihan, sekolah ekspor, hingga mengikuti pameran demi menjalin relasi. Ekspor perdana Woodeco dilakukan akhir 2019 ke Jepang.
"2019 akhir bisa ekspor perdana ke Jepang, 2020 awal lah, ngirimnya lewat Kantor Pos. Empat perhiasan 30 pieces, pertama kali. Satunya US$ 10, kali 30 ya jadi US$ 300. Dari Pameran tahun 2019 saya juga dapat buyer dari Belanda, Jerman, Amerika, banyak lah," imbuhnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Tonton juga Video: Siswa SMP di Palopo Olah Sampah Jadi Busana untuk Fashion Show