Holding Perkebunan Nusantara atau PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadi salah satu BUMN yang melakukan transformasi demi menyehatkan perusahaan dan keluar dari jurang kerugian. Direktur Utama PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani pun buka-bukaan bagaimana kondisi keuangan perusahaan sebelum dilakukannya transformasi.
Ia bercerita, perusahaan memiliki utang mencapai Rp 40 triliun dan harus membayar bunga utang tiap tahunnya sebesar Rp 4 triliun. Di sisi keuangan perusahaan terlilit utang itu, earning before interest tax, depreciation, and amortization (EBITDA) perusahaan tak sampai Rp 2 triliun.
"Sebagai contoh itu setiap tahun kita harus membayar bunga di atas Rp 4 triliun sementara ya itu setahun. Karena waktu itu kan utangnya itu Rp 40 triliun, lalu ebitdanya itu nggak sampai Rp 2 triliun. Jadi luar biasa waktu itu. Lalu kita lakukan restrukturisasi keuangan waktu itu dibantu Wamennya Pak Tiko, waktu itu proses relaksasi," katanya dalam Blak-blakan detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang akrab disapa Ghani itu menyampaikan, pada tahun 2015 sampai 2020 saja kerugian perusahaan mencapai Rp 5,7 triliun. Ghani bercerita bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri BUMN Erick Thohir sempat melihat PTPN sudah 'gelap' atau sulit disembuhkan.
"Dan sebelumnya pak Presiden dan pak Menteri melihat PTPN itu sudah gelap, sehingga Pak Presiden sampai berpikir dulu 'wah karyawan dikasih tanah lah supaya bisa hidup''. Waktu itu 2018-2019 tetapi sudah beliau sudah tahu terakhir ini membaik," terangnya.
Meski demikian, dalam proses restrukturisasi utang dan transformasi, perusahaan bisa menutup kerugian itu dengan laba di tahun 2021 dan 2022.
"Tetapi laba kita 2 tahun terakhir, tahun 2021 labanya Rp 4,6 triliun tahun lalu Rp 6 triliun. Jadi, kerugian 6 tahun pertama sudah tertutup oleh (laba) 2 tahun terakhir," jelasnya.
Keuntungan yang dibukukan perusahaan itu juga atas dukungan perbankan dan upaya perusahaan menurunkan pengeluaran yang tidak penting demi kepentingan produktivitas.
"Jadi keuntungan 2 tahun terakhir, kita akui, atas dukungan perbankan kemudian perbaikan tata kelola, cost-costnya turun, biasanya selalu naik cost turun, cost per unit turun, produktivitas naik. Itu dua hal," tutupnya.
Sebagai informasi, PTPN III (Persero) , merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Perkebunan yang bergerak di bidang pengelolaan, pengolahan dan pemasaran hasil komoditi perkebunan. Komoditi perkebunan yang diusahakan adalah kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan dan aneka tanaman lainnya.
Dalam perjalanannya PTPN sempat di masa keemasan menjadi salah satu BUMN perkebunan yang produktivitasnya bagus. Tetapi, berjalannya waktu BUMN perkebunan itu mengalami kerugian hingga terjadi demonstrasi.
Hingga akhirnya Menteri BUMN Erick Thohir melakukan efisiensi kepada PTPN Group menjadi holding. Jadi dari sisi direksi juga dipangkas. Erick menyebutkan, hal tersebut artinya banyak pengambil keputusan yang kehilangan tempat untuk pengendalian kekuasaan.
(ada/eds)