Geliat perdagangan di Pasar Induk Kramat Jati sudah jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun silam. Saat ini, kondisi pasar induk di kawasan Jakarta Timur itu mulai sepi ditinggal pembeli.
Berdasarkan keterangan dari salah satu penjual bawang di area pedagang eceran pasar itu, Brian, kondisi sepi pembeli ini mulai terjadi saat pandemi covid-19 melanda Tanah Air pada 2020 lalu. Akibatnya sejak saat itu omzet penjualannya terus mengalami penurunan.
"Kalau omzet sekarang tergantung (jumlah pembeli), sekitar Rp 3-4 jutaan per hari. Sebelum covid yang lumayan bisa sampai Rp 5 jutaan," kata Brian kepada detikcom di Pasar Induk Kramat Jati, Senin (10/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Brian juga menjelaskan bila besaran omzet pendapatannya sangat tergantung pada harga bawang hari itu. Bila harga bawang sedang tinggi tentu nilai omzet penjualannya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
Namun kenaikan omzet itu juga dibarengi oleh tingginya biaya modal beli bawang dari petani. Sedangkan untung bersih yang dapat dikantongi Brian setiap harinya mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu jika ramai pembeli.
"(Omzet) tergantung variasi-variasi harga bawang juga. Kalau harganya lagi tinggi kan ya otomatis operasionalnya (modal) tinggi, omzetnya tinggi. Kalau lagi murah ya omzetnya rendah, ongkosnya murah," jelas Brian.
"Untung bersih ya sekitar Rp 300-500 ribu kalau lancar mah. Kalau lagi lancar ya. Kadang-kadang kan kalau nggak ke jual ya bukannya untung malah tekor," tutur Brian lagi.
Sama seperti Brian, penjual jeruk limo bernama Sri juga mengalami penurunan omzet sejak pandemi hingga saat ini. Bahkan berdasarkan penuturan Sri, sebelumnya dalam sehari ia bisa menjual sekitar 2 ton jeruk limo setiap hari.
Namun saat ini maksimal ia hanya mampu menjual 100 kilogram jeruk, itu pun kalau ia sedang dapat pesanan dari langganannya. Di luar itu, sehari-hari ia hanya bisa meraih omzet sekitar dari Rp 100 ribu per harinya.
"Kalau dulu jeruk itu saya bisa turunin (jual) dua truk sehari. 2 truck itu 10 ton, dulu harga jeruk limo itu sekitar Rp 5 ribu per kilogram," ungkap Sri.
"Sekarang mah paling 2 peti kalau lagi ada pesanan, itu aja paling 2 bulan baru lunas. Kalau sehari-hari jualan di sini Rp 100 ribu aja susah. Jadi perputaran uangnya susah sekarang," jelas Sri lagi.
(fdl/fdl)