Mengintip Kondisi Pasar Induk Kramat Jati yang Mulai Sepi Pengunjung

Mengintip Kondisi Pasar Induk Kramat Jati yang Mulai Sepi Pengunjung

Ignacio Goerdi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 11 Jul 2023 07:30 WIB
Pasar Kramat Jati
Pasar Induk Kramat Jadi. (Foto: Ignacio Geordy Oswaldo)
Jakarta -

Geliat perdagangan di Pasar Induk Kramat Jati dikabarkan mulai mengalami penurunan. Pasar induk di kawasan Jakarta Timur ini sempat dilaporkan kian sepi hingga ditinggal pembeli. Benarkah begitu?

Kondisi Pasar Induk Kramat Jati Saat Ini

Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, Senin (7/7/23), kondisi pasar pada pagi hari masih cukup ramai. Banyak kendaraan mulai dari motor, mobil, hingga pick up dan truk pengangkut barang keluar-masuk kawasan ini.

Memasuki area pasar grosir, ditemui banyak pedagang menjajakan barang dagangannya mulai dari buah hingga sayur-mayur. Selain itu terlihat banyak orang menyusuri koridor-koridor pasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun di tengah padatnya aktivitas pasar, terlihat hanya sedikit pembeli yang datang. Sebab selama memasuki area pasar, tidak banyak aktivitas jual-beli atau tawar-menawar antara pengunjung dengan penjual.

Terlihat, sebagian besar orang yang beraktivitas merupakan pedagang hingga kuli panggul. Selain itu terlihat juga pedagang keliling menjajakan dagangannya seperti rokok hingga minuman dan kopi.

ADVERTISEMENT

Para pedagang sayur yang menjajakan jualannya juga tampak cukup lenggang. Sebagian besar di antara mereka lebih banyak duduk dan melakukan aktivitas ringan seperti memotong bawang.

Tidak hanya itu, di dalam area pasar banyak ditemui los-los kosong tanpa penjual. Kebanyakan area kosong ini malah digunakan oleh kuli-kuli panggul untuk tidur dan beristirahat.

Berbeda dengan pasar grosir yang lebih banyak aktivitas kuli dan pedagang, aktivitas di pasar eceran Kramat Jati terlihat sangat sepi. Selain itu pada area ini ditemui lebih banyak los-los kosong.

Suasana gelap yang kurang penerangan di area ini juga membuat kondisi pasar tampak lebih sepi. Sama seperti di area pasar grosir, banyak pedagang di pasar eceran yang menghabiskan waktunya dengan melakukan aktivitas ringan seperti memotong bawang.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Penyebab Pasar Induk Kramat Jati Masih Sepi Pembeli

Salah seorang pedagang bawang, Brian, mengaku area ini mulai sepi pembeli sejak awal pandemi covid-19 pada 2020 lalu dan belum pulih hingga saat ini.

"Setelah covid berdampak terus sampai sekarang. Sebelum covid itu masih lumayan. Pas covid kan parah tuh, sampai setelah covid gak pulih-pulih," kata Brian di Pasar Induk Kramat Jati.

Meski begitu, Brian mengaku jumlah pembeli sempat mengalami peningkatan saat Lebaran 1444 H kemarin. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama. "Lebaran kemarin sebentaran (ramai) habis itu sepi, lebaran haji bentar doang sedikit (ramai) lalu sepi lagi," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh pedagang jeruk limo, Sri. Ia mengaku penurunan jumlah pelanggan pasar mulai terjadi sejak pandemi. Untuk saat ini pembeli yang mengunjungi pasar hanya para langganan. Itu saja mereka hanya datang kurang-lebih seminggu sekali.

"(ini sehari-hari memang sepi pembeli ya?) iya, ini mulainya dari pandemi aja. Jadi orang belanja tuh jarang yang datang ke pasar," ungkap Sri.

Omzet Pedagang Pasar Induk Kramat Jati Saat Ini

Akibatnya kondisi pasar yang semakin sepi, omzet penjualan para pedagang tentu ikut mengalami penurunan. Termasuk di antaranya Bria dan Sri.

"Kalau omzet sekarang tergantung (jumlah pembeli), sekitar Rp 3-4 jutaan per hari. Sebelum covid yang lumayan bisa sampai Rp 5 jutaan," kata Brian.

Lebih lanjut, Brian juga menjelaskan bila besaran omzet pendapatannya sangat tergantung pada harga bawang hari itu. Bila harga bawang sedang tinggi tentu nilai omzet penjualannya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.

Namun kenaikan omzet itu juga dibarengi oleh tingginya biaya modal beli bawang dari petani. Sedangkan untung bersih yang dapat dikantongi Brian setiap harinya mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu jika ramai pembeli.

Sedangkan untuk Sri, sebelum pandemi dalam sehari ia bisa menjual sekitar 2 ton jeruk limo setiap hari. Namun saat ini maksimal ia hanya mampu menjual 100 kilogram jeruk, itu pun kalau ia sedang dapat pesanan dari langganannya. Di luar itu, sehari-hari ia hanya bisa meraih omzet sekitar dari Rp 100 ribu per harinya.

"Kalau dulu jeruk itu saya bisa turunin (jual) dua truk sehari. 2 truck itu 10 ton, dulu harga jeruk limo itu sekitar Rp 5 ribu per kilogram," ungkap Sri.

"Sekarang mah paling 2 peti kalau lagi ada pesanan, itu aja paling 2 bulan baru lunas. Kalau sehari-hari jualan di sini Rp 100 ribu aja susah. Jadi perputaran uangnya susah sekarang," jelas Sri lagi.

(das/das)

Hide Ads